BI Turunkan Suku Bunga, Apa Dampaknya?
KEBIJAKAN moneter menjadi salah satu instrumen penting dalam menjaga stabilitas perekonomian, khususnya di tengah ketidakpastian global yang tinggi.
Pada 2024, Bank Indonesia (BI) kembali menunjukkan komitmennya untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga melalui serangkaian kebijakan moneter yang disusun secara hati-hati.
Kita tidak bisa berbicara tentang ekonomi nasional tanpa melihat konteks global.
Pada 2024, BI mencatat bahwa tekanan inflasi global mulai mereda sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia.
Hal ini menjadi faktor penting yang memengaruhi kebijakan moneter di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Penurunan suku bunga kebijakan di berbagai negara besar memberikan sinyal bahwa dunia menghadapi fase moderasi ekonomi, yang memerlukan respons kebijakan yang tepat dari sisi domestik.
Namun, meredanya tekanan inflasi tidak berarti situasi global sepenuhnya stabil. Ketidakpastian di pasar keuangan global memang mulai mereda, tetapi dampaknya terhadap aliran modal masih memerlukan perhatian.
Aliran modal ini penting karena memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah, yang pada gilirannya berdampak pada inflasi dan kebijakan suku bunga domestik.
Salah satu kebijakan penting yang diambil BI adalah menurunkan suku bunga BI-Rate sebesar 25 basis poin pada September 2024 menjadi 6 persen.
Kebijakan ini diambil dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah, yakni di kisaran 2,5±1 persen.
Dalam teori ekonomi moneter, penurunan suku bunga sering kali dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan suku bunga lebih rendah, biaya pinjaman bagi dunia usaha dan konsumen menjadi lebih murah.
Hal ini diharapkan dapat mendorong konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan agregat.
Teori Keynesian mendukung langkah ini, di mana permintaan agregat dianggap sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Dalam kondisi di mana inflasi terkendali, suku bunga rendah bisa menjadi stimulus yang efektif untuk mendorong aktivitas ekonomi. Ini juga sejalan dengan upaya Bank Indonesia dalam memperkuat nilai tukar rupiah.
Terkini Lainnya
- Bank INA Buka Kantor Cabang di Sunter Jakarta Utara
- Rincian Harga Emas Antam Hari Ini Senin 7 Oktober 2024, Turun Rp 4.000
- Harga Bahan Pokok Senin 7 Oktober 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Minyak Goreng Curah
- IHSG Diprediksi Bakal Bangkit di Awal Pekan, Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Senin
- Wall Street Menguat Pekan Lalu, Pasar Asia Pasifik Tunggu Keputusan Bank Sentral
- Menurut Kadin, Ini Tahapan Sebelum Pelaksanaan Munas IX di Pemerintahan Prabowo
- [POPULER MONEY] Ini yang Suka Bikin Proyek BUMN Kena Kasus Hukum | Lowongan Kerja Freeport
- IX Indobursa Exchange Hadirkan Bursa Komoditi, Fokus pada CPO
- Hartanya Bertambah Rp 1.280 Triliun, Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Kedua Dunia
- Google Maps Versi Indonesia
- Cara Mudah Transfer dari BRI ke Bank Jateng via ATM dan BRImo
- Mengenal Apa Itu Kupon dalam Investasi Obligasi
- Keuntungan dan Risiko Investasi Saham yang Harus Diketahui
- Apa yang Dimaksud dengan Inklusi Keuangan?
- Telan Biaya Rp 2,2 Triliun, Jalur Ganda KA Bogor-Sukabumi Akhirnya Rampung
- BI Luncurkan Aplikasi Kalkulator Hijau, Mudahkan Perbankan dan UMKM Hitung Emisi Karbon
- Gandeng BKSDA, Pertamina Kembangkan Eduwisata Kopi di Marangkayu Kaltim
- Menperin Agus: Batik Indonesia Berhadapan dengan Produk-produk Impor...
- 10 Tahun Muatan Tol Laut Naik Signifikan, Menhub Instruksikan Terus Ditingkatkan
- Pemindahan ASN ke IKN, Menpan-RB: Keputusan di Pemerintah yang Baru...