Walau Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Pemerintah Bantah Daya Beli Masyarakat Melemah
JAKARTA, - Indonesia resmi mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) selama 5 bulan berturut-turut, yakni pada Mei - September 2024. Meskipun demikian, pemerintah menilai, data tersebut tidak serta-merta daya beli masyarakat melemah.
Menteri Koordinator Bidang Perkeonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tingkat daya beli masyarakat sebenarnya diukur dengan laju komponen inflasi inti. Pasalnya, komponen itu lah yang pergerakannya dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi atau permintaan - penawaran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen inflasi inti masih meningkat sebesar 0,16 persen secara bulanan pada September. Ini melanjutkan tren kenaikan yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya.
"Inflasi yang utama bagi pemerintah adalah core inflation. Kalau core inflation-nya tumbuh, berarti ekonominya tumbuh," tutur Airlangga, dalam acara Sarasehan Kadin Indonesia, di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Tanda Penurunan Daya Beli Masyarakat?
Lebih lanjut Airlangga bilang, deflasi secara bulanan yang terjadi selama 5 bulan terakhir utamanya disebabkan oleh komponen harga pangan bergejolak. Berdasarkan data BPS, komponen pangan bergejolak lah yang terus turun selama 5 bulan terakhir, di mana September 2024 mencatat defalsi sebesar 1,34 persen.
Menurutnya, deflasi harga pangan bergejolak justru berimplikasi positif terhadap masyarakat. Sebab, dengan harga pangan yang lebih rendah, daya beli masyarakat lebih terjaga.
Pemerintah pun memang fokus untuk meredam laju inflasi pangan bergejolak selama setahun terakhir. Dengan demikian, daya beli masyarakat lebih terjaga.
"Kalau ekonomi tumbuh 5 persen, core inflation tumbuh, yang diperangi pemerintah adalah volatile food," ucap Airlangga.
Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, BI Nilai Bukan Tanda Ekonomi Melemah
Sebagai informasi, data BPS menunjukan, pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara mtm. Ini melanjutkan tren deflasi dari bulan-bulan sebelumnya, mulai dari Mei sebesar menjadi 0,08 persen dan 0,18 persen. Lalu kembali ke 0,03 persen pada Agustus 2024.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut ini tidak normal. Sebab dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, seharusnya Indonesia mencatat inflasi.
"Deflasi lima bulan berturut-turut itu mengkhawatirkan menurut saya, karena kalau dalam kondisi normal itu tidak terjadi," ujarnya saat dihubungi , Selasa (1/10/2024).
"Biasanya ya inflasi. Tapi yang terjadi malah bukan hanya inflasi yang rendah tapi malah deflasi dan lima bulan berturut-turut, ini menyerupai kondisi krisis," imbuhnya.
Baca juga: Isyarat Krisis dari Deflasi: Evaluasi Kritis Stabilitas Ekonomi Indonesia
Terkini Lainnya
- Menurut Kadin, Ini Tahapan Sebelum Pelaksanaan Munas IX di Pemerintahan Prabowo
- [POPULER MONEY] Ini yang Suka Bikin Proyek BUMN Kena Kasus Hukum | Lowongan Kerja Freeport
- IX Indobursa Exchange Hadirkan Bursa Komoditi, Fokus pada CPO
- Hartanya Bertambah Rp 1.280 Triliun, Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Kedua Dunia
- Google Maps Versi Indonesia
- Cara Mudah Transfer dari BRI ke Bank Jateng via ATM dan BRImo
- Mengenal Apa Itu Kupon dalam Investasi Obligasi
- Keuntungan dan Risiko Investasi Saham yang Harus Diketahui
- Apa yang Dimaksud Dengan Inklusi Keuangan?
- Telan Biaya Rp 2,2 Triliun, Jalur Ganda KA Bogor-Sukabumi Akhirnya Rampung
- Agresivitas PGN Kembangkan Pasar Gas Bumi di Indonesia Timur
- Sepekan Ini Dana Asing Masuk Rp 570 Miliar ke Indonesia
- Mengenal PPU dalam Kepesertaan BPJS Kesehatan
- Mengenal PBPU dalam Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan
- Menabung Bukan Hanya tentang Menyimpan Uang...
- Harga Referensi Minyak Kelapa Sawit Menguat pada Oktober, Kemendag: Permintaan Meningkat Tak Diimbangi Produksi
- Pabrik PV SEG Solar Terbesar di Asia Tenggara Dibangun di KIT Batang
- Terus Bertambah, OJK Blokir 8.000 Rekening Terkait Judi "Online"
- 5 Kelebihan dan Kekurangan BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta
- 30 Contoh BUMS Asing yang Ada di Indonesia