pattonfanatic.com

Pengusaha Cermati Imbas Deflasi 5 Bulan Berturut-turut ke Daya Beli Masyarakat

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani ketika ditemui di Jakarta, Kamis (6/6/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Pelaku usaha mengkhawatirkan perkembangan indeks harga konsumen (IHK) yang mencatatkan deflasi secara bulanan (month to month/mtm) selama 5 bulan berturut-turut, yakni pada Mei - September 2024.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, perkembangan deflasi tidak bisa langsung diartikan sebagai pelemahan daya beli masyarakat.

Sebab, deflasi yang terjadi selama 5 bulan berturut-turut disebabkan oleh kelompok harga pangan bergejolak yang kian menurun.

"Saya rasa kita enggak bisa lihat deflasi sebagai deflasi saja," kata dia, ditemui di Menara Kadin, di Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Namun demikian, ia tidak memungkiri adanya kemungkinan dampak dari deflasi yang terus menerus terhadap daya beli masyarakat.

"Kalau inflasi sangat controlable, cuma bagaimana pengaruhnya kepada daya beli masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Walau Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Pemerintah Bantah Daya Beli Masyarakat Melemah

Pasalnya, potensi pelemahan daya beli akan berimplikasi terhadap kinerja industri manufaktur nasional, sebagaimana ditunjukan oleh data Purchasing Manager's Index (PMI).

Data teranyar PMI menunjukan, kinerja manufaktur Indonesia membaik dengan tingkat indikator 49,2, namun penurunan permintaan masih terjadi.

"Memang demand-nya ini memiliki peranan penting dan demand domestik jauh lebih besar dari demand internasional," kata Shinta.

Oleh karenanya, Shinta mendorong kepada pemerintah untuk melanjutkan upaya industrialisasi, sehingga pada akhirnya dapat menjaga permintaan dalam negeri.

"Baik itu downstreaming, hilirisasi, maupun industri kita harus terus dimajukan," ucapnya.

Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, BI Nilai Bukan Tanda Ekonomi Melemah

 


Sebagai informasi, data BPS menunjukan, pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara mtm.

Ini melanjutkan tren deflasi dari bulan-bulan sebelumnya, mulai dari Mei sebesar menjadi 0,08 persen dan 0,18 persen. Lalu kembali ke 0,03 persen pada Agustus 2024.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut ini tidak normal.

Sebab dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, seharusnya Indonesia mencatat inflasi.

"Deflasi lima bulan berturut-turut itu mengkhawatirkan menurut saya, karena kalau dalam kondisi normal itu tidak terjadi," ujarnya saat dihubungi , Selasa (1/10/2024).

"Biasanya ya inflasi. Tapi yang terjadi malah bukan hanya inflasi yang rendah tapi malah deflasi dan lima bulan berturut-turut, ini menyerupai kondisi krisis," imbuhnya.

Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Tanda Penurunan Daya Beli Masyarakat?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat