Menpan-RB Ungkap Kendala Rekrut Talenta Digital Jadi PNS, Sebut Gajinya Lebih Besar dari Menteri
JAKARTA, - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas menyinggung soal kendala yang dialami pemerintah saat akan merekrut talenta digital sebagai abdi negara.
Salah satunya karena besaran gaji untuk para talenta digital bisa sangat tinggi sehingga tidak terjangkau dengan kisaran gaji pegawai negara sipil (PNS).
"Jadi untuk mengangkat talenta digital itu enggak cukup dengan gaji PNS. Maka kita belajar di negara lain, ini perlu govtech (government technology)," ujar Anas dalam sambutannya di acara SAKIP Award 2024 di Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2024).
"Dan ini enggak bisa dengan gaji kita. Ternyata gajinya untuk talenta digital ada yang Rp 50 juta bahkan Rp 100 juta. Lebih gede dari gaji menteri," lanjutnya.
Baca juga: Jalin Kolaborasi, Grup GoTo, TikTok, dan UGM Hadirkan Pusat Pengembangan Talenta Digital Indonesia
Persoalan gaji untuk talenta digital ini menurut Anas juga menjadi persoalan dalam membereskan birokrasi.
Anas mengungkapkan, pemerintah sebelumnya sudah berhasil merapikan birokrasi pusat hingga daerah.
Namun, untuk penataan talenta digital ternyata belum semuanya bisa terakomodasi.
"Talenta digital yang direkrut ternyata enggak bisa semua keangkut. Karena angkanya (gaji) enggak ketemu. Karena BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) enggak mau ngeluarin angka yang agak enggak sesuai," tutur mantan Bupati Banyuwangi itu.
Namun, meski memerlukan biaya tinggi, menurutnya rekrutmen talenta digital tetap dibutuhkan karena bisa memberi dampak yang besar kepada administrasi publik dan pelayanan masyarakat.
Oleh karenanya, pemerintah Indonesia belajar dari sejumlah negara terlebih dulu sebelum menerapkan kebijakan untuk talenta digital.
Anas mengungkapkan, negara-negara dengan sistem pemerintahan berbasis teknologi baik, rata-rata memiliki capaian kinerja yang baik.
Misalnya untuk kemudahan berusaha atau mengawasi potensi korupsi.
"Kita melihat negara-negara yang elektronik government-nya rangkingnya terbaik di dunia itu persepsi korupsinya bagus, indeks kebahagiaan-nya bagus, tingkat kemudahan berusaha juga bagus jadi kalau SPBE bagus atau pasti (pelayanan publik) bagus," tambahnya.
Baca juga: Pemindahan ASN ke IKN, Menpan RB: Aksesnya Masih Berdebu, Presiden Minta Lebih Disempurnakan...
Terkini Lainnya
- Asosiasi Logistik Minta Pemerintah Tinjau Ulang Tarif Tol Cibitung-Cilincing
- Mentan Amran Targetkan Sumut Produksi Beras 700.000 Ton pada 2025
- Beda dari RI, Vietnam Justru Turunkan PPN dari 10 Persen ke 8 Persen
- Rayakan HUT Ke-47, Pupuk Kaltim Tegaskan Komitmen Pemberdayaan SDM dan Inovasi Berkelanjutan
- Dukung Proyek 3 Juta Rumah, Semen Indonesia Tawarkan Bahan Bangunan Rendah Emisi
- Kata Luhut, Transaksi Pakai E-Katalog Hemat Anggaran Rp 50 Triliun Tahun Ini
- Cara Tarik Tunai LinkAja di ATM BRI
- Prioritaskan Keselamatan, KAI Perbaiki Jalur dan Pasang Taspat di Beberapa Titik Lintas KA
- Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen Pada 2024
- Mantan Narapidana Terorisme Diajak Gabung Brigade Pangan
- Cara Tarik Tunai di ATM BRI, Bisa Tanpa Kartu Juga
- Promo 12.12, KAI Kasih Harga Tiket Kelas Eksekutif Hanya Rp 149.000
- Kemenhub Pastikan Sarana dan Prasarana Transportasi di Jawa Timur Siap Hadapi Nataru 2024/2025
- Bibit dan Stockbit Gandeng "Brand" Lokal Mine., Ajak Generasi Muda Berinvestasi
- Posko Nataru Segera Dibuka di Bandara Ngurah Rai, Beroperasi 19 Hari
- Kabar Duka, Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo Meninggal Dunia
- Penurunan Suku Bunga, Pelonggaran "Ruang Bernapas" Kelas Menengah
- Kian Diminati, Nilai Transaksi Kripto Naik Lebih dari 4 Kali Lipat
- Cara Bayar Tagihan IndiHome lewat BCA mobile dan myBCA
- Prosedur, Biaya, dan Syarat Biaya Balik Nama Motor