Ketegangan Timur Tengah Membebani Pasar, Wall Street Tumbuh Tipis
JAKARTA, - Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street tumbuh tipis ditandai dengan hasil indeks utama yang ditutup sedikit lebih tinggi pada Rabu lalu. Ketegangan di Timur Tengah menjadi penghambat pertumbuhan Wall Street.
Indeks S&P 500 naik 0,01 persen menjadi 5.709,54. Sementara itu, indeks Nasdaq Composite naik 0,08 persen menjadi 17.925,12. Kemudian indeks Dow Jones Industrial Average tumbuh 39,55 poin atau 0,09 persen dan berakhir pada 42.196,52.
Beberapa kinerja saham yang menjadi sorotan misalnya adalah saham Nike yang turun 6,8 persen setelah raksasa sepatu kets itu menarik panduan setahun penuh menjelang pergantian CEO-nya.
Di sisi lain, saham Tesla turun 3,5 persen setelah perusahaan melaporkan angka pengiriman.
Dari sisi teknolgi, sektor teknologi didukung oleh kenaikan 1,6 persen dari saham Nvidia.
Baca juga: Wall Street Merosot Usai Peningkatan Ketegangan di Timur Tengah
Kinerja pasar saham tersebut terekam dalam setelah sesi yang merugi ketika Iran menembakkan rudal balistik ke Israel yang mengurangi minat terhadap risiko dan antusiasme investor untuk bulan dan kuartal perdagangan baru.
Investor bersiap menghadapi ketidakpastian lebih lanjut karena Israel memulai operasi darat ke Lebanon dan ketegangan meningkat dengan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.
Di sisi lain, harga minyak mentah West Texas Intermediate naik pada hari Rabu, melanjutkan lonjakan pada hari Selasa menyusul berita Timur Tengah.
Saham energi kembali mengungguli dan menjadi satu-satunya sektor S&P 500 yang naik lebih dari 1 persen dalam sesi tersebut.
Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang juga dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street, mundur setelah melonjak pada hari Selasa.
Baca juga: Akhiri Kuartal Ketiga, Wall Street Kembali Cetak Rekor
Kepala Uji Tuntas Pasar Publik US Bank Wealth Management Lisa Erickson mengatakan, pihaknya benar-benar melihat pasar mengalami sedikit hambatan akibat lonjakan ketegangan geopolitik baru-baru ini.
“Meskipun investor biasanya tidak terlalu khawatir tentang peristiwa tersebut hingga ada dampak ekonomi yang jelas, kami hanya melihat sedikit kegugupan,” kata dia dikutip dari CNBC, Kamis (3/10/2024).
Lebih lanjut, data ADP yang dirilis hari Rabu menunjukkan, pertumbuhan gaji swasta yang lebih baik dari perkiraan pada September. Hal itu terjadi menjelang laporan gaji non pertanian yang dipantau ketat hari Jumat.
Data tersebut dapat memainkan peran utama dalam arah pasar dan langkah suku bunga bank sentral AS Federal Reserve berikutnya saat siklus pemotongan dimulai.
Terkini Lainnya
- Peringati Hari HAM, APRIL Group Tingkatkan Akses Kesehatan dan Pendidikan Anak-anak di Riau
- ATM Bersama Potongan Berapa?
- Bapanas: Perintah Presiden Prabowo, Petani-Nelayan Jangan Sampai Menderita karena Produk Tak Terserap
- Watsons Tebar Promo 12.12, Ada Diskon hingga 70 Persen dan Voucher Rp 120.000
- Waspada Penipuan dengan Modus Jual Murah Emas Antam
- Asosiasi Logistik Dukung Kenaikan UMP 2025: Bisa Sejahterakan Pekerja
- Mengenal Opsen Pajak Kendaraan Bermotor dan Perhitungannya
- Usai Merger dengan XL Axiata, Saham FREN akan "Delisting" dari Bursa
- Penuhi Aturan "Free Float", Bank JTrust Bakal Rights Issue Tahun Depan
- Semarakkan Harbolnas 12.12, Telkom Beri Diskon Biaya Berlangganan Indibiz untuk UKM
- Kian Panjangnya Rentetan BPR "Gulung Tikar" pada 2024
- Bandara Dhoho Kediri Siap Layani Penerbangan Umrah pada Kuartal I 2025
- Apakah Tarik Tunai di ATM Bersama Kena Biaya?
- Berapa Biaya Tarik Tunai di ATM Bersama?
- Mentan Amran Pastikan Pupuk Subsidi Tersedia dari Sabang sampai Merauke mulai 1 Januari 2025
- Mengenal Opsen Pajak Kendaraan Bermotor dan Perhitungannya
- Menpan-RB Ungkap Kendala Rekrut Talenta Digital Jadi PNS, Sebut Gajinya Lebih Besar dari Menteri
- Kabar Duka, Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo Meninggal Dunia
- Penurunan Suku Bunga, Pelonggaran "Ruang Bernapas" Kelas Menengah
- Kian Diminati, Nilai Transaksi Kripto Naik Lebih dari 4 Kali Lipat
- Cara Bayar Tagihan IndiHome lewat BCA mobile dan myBCA