pattonfanatic.com

Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Mendag: Perlu Dilihat Apakah karena Daya Beli

Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan (Zulhas) dan Satuan Tugas (Satgas) Pengawasan Barang Tertentu yang Diberlakukan Tata Niaga Impor bentukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) memusnahkan 11 ribu ton baja yang tidak memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) di kawasan industri Wangunharjo, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Kamis (26/9/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) merespons soal deflasi yang terjadi di Indonesia yang berakibat mengurangi daya beli masyarakat.

Menurut Zulhas, kondisi deflasi harus dilihat lebih lanjut apakah karena pengaruh daya beli.

Sebab saat ini harga komoditas di pasar masih murah.

Baca juga: Pengusaha Cermati Imbas Deflasi 5 Bulan Berturut-turut ke Daya Beli Masyarakat

"Nah apakah itu terkait dengan daya beli? Saya kira kalau saya keliling ke pasar-pasar memang yang nampak itu karena peralihan musim, dulu kan hujan ya habis itu, enggak gitu, sehingga panennya sempurna, bawang, cabai kalo hujan terlalu banyak kan dia busuk, ini sehingga suplainya banyak," ujar Zulhas usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (4/10/2024).

"Apa karena suplainya banyak sekali sehingga harganya terlalu murah, atau daya beli yang turun nanti kita lihat, kita kaji lebih lanjut," tuturnya.

Terkait harga barang di pasaran yang murah, Zulhas menyebut memang saat ini kondisinya terlalu murah.

Misalnya saja, cabai yang harga jual di pasaran disebutnya hanya Rp 15 ribu dan telur Rp 24.000 per kilogram.

"Dulu kan saya sering di-bully, saya kalo ngomong ini harganya kemurahan terus di-bully, dimarah-marahi saya ini, karena terus terang memang kalo (kondisi) inflasi itu naik ya kita cepat bisa atasi sebetulnya karena ada bupati, ada walikota ada anggaran APBD dari dana yang tidak terduga kan, bisa, bisa itu," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Indonesia resmi mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) selama 5 bulan berturut-turut, yakni pada Mei - September 2024.

Meskipun demikian, pemerintah menilai, data tersebut tidak serta-merta daya beli masyarakat melemah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tingkat daya beli masyarakat sebenarnya diukur dengan laju komponen inflasi inti.

Pasalnya, komponen itu lah yang pergerakannya dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi atau permintaan - penawaran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen inflasi inti masih meningkat sebesar 0,16 persen secara bulanan pada September.

Ini melanjutkan tren kenaikan yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya.

"Inflasi yang utama bagi pemerintah adalah core inflation. Kalau core inflation-nya tumbuh, berarti ekonominya tumbuh," tutur Airlangga, dalam acara Sarasehan Kadin Indonesia, di Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Lebih lanjut Airlangga bilang, deflasi secara bulanan yang terjadi selama 5 bulan terakhir utamanya disebabkan oleh komponen harga pangan bergejolak.

Berdasarkan data BPS, komponen pangan bergejolak lah yang terus turun selama 5 bulan terakhir, di mana September 2024 mencatat defalsi sebesar 1,34 persen.

Menurutnya, deflasi harga pangan bergejolak justru berimplikasi positif terhadap masyarakat. Sebab, dengan harga pangan yang lebih rendah, daya beli masyarakat lebih terjaga.

Baca juga: Deflasi adalah Apa? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat