Rupiah Masih Tertekan, Dekati Rp 15.700 Per Dollar AS
JAKARTA, - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kian melemah pada Senin (7/10/2024) hari ini. Bahkan pada hari ini, kurs mata uang Garuda melemah lebih dari 200 poin dan mendekati level Rp 15.700 per dollar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.687 per dollar AS pada hari ini. Posisi itu melemah 202 poin atau 1,3 persen dari posisi Jumat (4/10/2024) lalu.
Sementara mengacu Bank Indonesia (BI) Jisdor, kurs rupiah berada di level Rp 15.680 per dollar AS pada Senin. Nilai ini lebih tinggi dari posisi Jumat lalu di level Rp 15.495 per dollar AS.
Baca juga: Timur Tengah Kian Memanas, Rupiah Melemah ke Rp 15.600 Per Dollar AS
Pelemahan nilai tukar rupiah selaras dengan indeks dollar AS yang menguat. Mengacu data Investing, greenback (sebutan dollar AS) bergerak cenderung menguat ke level 102,2 poin.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan indeks dollar AS utamanya dipicu oleh rilis data ekonomi Negeri Paman Sam yang positif. Salah satunya, tingkat pengangguran AS yang turun ke level 4,1 persen.
Kemudian, jumlah penciptaan lapangan kerja kecuali di sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga dan lembaga nirlaba juga meningkat lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Hal ini sebagaimana ditunjukan data non-farm payrolls (NFP) yang meningkat menjadi 254.000, lebih tinggi dari ekspektasi konsensus sebesar 150.000.
Berbagai data positif ekonomi tersebut membuat ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang lebih tinggi menjadi berkurang. Sebab, kondisi ekonomi AS yang positif, membuat The Fed tidak perlu terburu-buru untuk menurunkan suku bunga acuannya.
"Pergeseran ekspektasi tersebut mendorong peningkatan permintaan global terhadap dollar AS, sehingga secara umum menguat," kata Josua, dalam keterangannya, Senin.
Selain itu, pelemahan rupiah juga didorong oleh semakin tingginya tensi konflik di kawasan Timur Tengah. Aksi saling serang Israel dengan Iran membuat investor khawatir, dan kembali memburu aset safe haven.
"Investor cenderung mengambil tindakan wait and see," ujar Josua.
Dengan berbagai sentimen tersebut, dollar AS akan bergerak cenderung menguat. Hasilnya, mata uang negara lain, termasuk rupiah, terdepresiasi.
Baca juga: Blueprint Sistem Pembayaran 2025-2030: Uji Coba Rupiah Digital
Terkini Lainnya
- Produk Derivatif Baru di BEI, Peluang Lindung Nilai bagi Investor
- Riset Lazada: 88 Persen Konsumen Beli Produk Berdasarkan Konten dan Rekomendasi AI
- Biodiesel B40 Selesai Diuji, Bahlil Optimistis Program Dimulai 1 Januari 2025
- Cara Ajukan Sanggah Hasil Seleksi Administrasi PPPK 2024 di SSCASN
- Cerita Bahlil Ditugasi Prabowo, dalam 2 Minggu Problem Subsidi BBM Harus Beres
- Apakah Bayar Tunggakan Iuran BPJS Bisa Dicicil?
- Pemerintah Mau "Sulap" Rumput Laut Jadi Bioavtur
- Kadin Akan Lakukan Kajian dan Advokasi untuk Selamatkan Industri Tekstil
- Jadwal KA Priority Terbaru Periode November 2024
- Bahlil: Subsidi BBM dan Listrik Berpotensi Salah Sasaran hingga Rp 100 Triliun
- Komisi V DPR dan Wamenhub Tinjau Kesiapan Pelayanan Penyeberangan ASDP Jelang Libur Nataru 2025
- DPR RI Buka Lowongan Kerja Tenaga Ahli, Simak Persyaratannya
- Masih Promo, Cek Jadwal KA BIAS Rute Bandara Adi Soemarmo–Madiun
- Bantah Bos Sritex dan Kemenperin, Mendag Sebut Permendag 8/2024 Justru Lindungi Industri Tekstil
- Airlangga Sebut Satgas Penurunan Harga Tiket Pesawat Tetap Jalan, Kemenko Marves Digantikan Kemenko Infrastruktur
- Jadi Waketum Kadin, Raffi Ahmad: Setelah Pak Prabowo dan Mas Gibran Dilantik, Sinergi Kita Akan Lebih Baik
- Pintu Perkuat Edukasi di Tengah Meningkatnya Minat Investor Kripto
- Bidik Potensi 15 BBTUD di Sulawesi, PGN Teken 2 MoU Pemanfaatan Gas Bumi Industri
- Raffi Ahmad Jadi Waketum Kadin, Anindya Bakrie: 76 Juta Followers-nya
- Pengembangan Produk Digital Kini Bisa Dilakukan dengan Teknologi AI