pattonfanatic.com

RI Alami Deflasi Beruntun, Mendagri: Hanya Terjadi di Sektor Tertentu, Daya Beli Masyarakat Masih Kuat

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mendampingi Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) dalam pembukaan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Tahun 2024.
Lihat Foto

JAKARTA, - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memberikan pandangannya terkait deflasi yang terjadi di Indonesia selama lima bulan berturut-turut.

Menurut Tito, deflasi hanya terjadi pada sektor tertentu saja.

Ia juga menegaskan secara umum daya beli masyarakat masih kuat.

"Pendapat para ekonom yang menyatakan adanya deflasi selama lima bulan berturut-turut karena menurunnya daya beli masyarakat atau menurunnya permintaan. Padahal, deflasi hanya terjadi pada sektor-sektor tertentu saja, seperti rekreasi, restoran, hingga perawatan pribadi," ujar Tito dalam rapat koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah sebagaimana disiarkan YouTube resmi Kemendagri, Senin (7/10/2024).

"Namun, secara umum, daya beli masyarakat masih kuat, yang dibuktikan dengan inflasi inti masih terjadi kenaikan dan permintaan masyarakat masih tetap tinggi," tegasnya.

Baca juga: Jokowi Minta Deflasi Jangan Sampai Rugikan Petani, UMKM Hingga Pabrik

Tito menjelaskan, Indonesia bukan negara konsumen seperti Singapura.

Indonesia merupakan negara produsen. "Kalau terjadi deflasi terlalu dalam yang senang adalah rakyat, pembeli konsumen, tapi bagi masyarakat di kelas produsen petani cabai misalnya itu ya mereka bisa rugi, kekurangan bahkan tidak bisa menutupi biaya cost operasional,” ungkap Tito.

Dalam rapat tersebut, Tito pun mengapresiasi capaian inflasi tahunan (Year-on-Year) pada bulan September 2024 yang mencapai 1,84 persen.

Angka ini merupakan capaian inflasi terendah sejak awal rapat koordinasi pengendalian inflasi dilakukan pada 2022.

Baca juga: Sri Mulyani Anggap Deflasi 5 Bulan Berturut-turut Berdampak Positif

 


Tito menggarisbawahi, prestasi ini merupakan hasil kolaborasi erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemda), serta kementerian/lembaga (K/L) terkait.

“Saya juga sudah menyampaikan pers rilis dari BPS tentang inflasi di bulan September kepada Bapak Presiden dan juga presiden terpilih. Beliau-beliau menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi, karena dengan angka inflasi 1,84 persen year-on-year,” jelas Tito.

Ia menekankan pentingnya pemantauan dua komponen utama inflasi yang terdiri dari inflasi inti (core inflation) dan inflasi bergejolak (volatile inflation).

Inflasi inti tidak begitu dipengaruhi oleh dinamika dan cenderung stabil dari waktu ke waktu, seperti pendidikan, kesehatan, dan rekreasi.

Sementara inflasi bergejolak dipengaruhi oleh berbagai dinamika seperti suplai, permintaan, dan distribusi. Ini misalnya terjadi pada sektor pangan dan energi.

“Nah kita melihat komponen naik apa saja? Perawatan pribadi dan jasa lainnya [naik] 0,38 persen, itu termasuk inflasi inti core inflation. Kalau terjadi kenaikan, berarti daya beli masyarakat naik, karena demand-nya naik,” ungkapnya.

Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Mendag: Perlu Dilihat Apakah karena Daya Beli

Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada para kepala daerah dan K/L terkait atas kerja keras dalam menjaga inflasi tetap terkendali.

Mendagri juga mengapresiasi peran Pemda yang tak berhenti melakukan upaya pengendalian inflasi. Angka inflasi 1,84 persen juga masih berada dalam target pemerintah sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen, atau berada pada rentang 1,5-3,5 persen.

Diberitakan sebelumnya, Indonesia resmi mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) selama 5 bulan berturut-turut, yakni pada Mei - September 2024.

Pada Mei 2024 lalu terjadi deflasi sebesar 0,03 persen lalu meningkat pada Juni dan Juli masing-masing sebesar 0,08 persen dan 0,18 persen. Lalu deflasi kembali ke 0,03 persen tapi melesat ke 0,12 persen pada September.

Baca juga: Zulhas Ungkap Dampak Mengerikan Deflasi: Petani-Peternak Bisa Bangkrut

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat