pattonfanatic.com

Tren Pekerjaan Masa Depan

Ilustrasi kecerdasan buatan.
Lihat Foto

ASIAN Development Bank (ADB) bulan lalu mempublikasikan analisis berjudul “Quality Jobs and the Future of Work in Asia and the Pacific: Impacts of a Triple Transition – Demographic, Digital, and Green.”

Dari judul publikasi tersebut, terlihat jelas tiga isu utama. Pertama, penuaan dan transisi demografi. Kedua, revolusi industri ke-4 (Industry 4.0) dan transformasi digital. Ketiga, perubahan iklim dan transisi hijau.

Ketiga isu ini merupakan tren global yang memengaruhi karakteristik pekerjaan di masa depan. Di kawasan Asia dan Pasifik, ketiga tren tersebut tidak dapat dihindari dan akan membawa berbagai implikasi.

Terkait penuaan dan transisi demografi, pekerjaan di sektor perawatan (care sector) diproyeksikan meningkat secara signifikan.

Sebagai contoh, kebutuhan tenaga perawatan untuk lansia akan semakin tinggi di negara-negara yang menghadapi tren penuaan penduduk.

Ke depan, akan terjadi pergeseran kebutuhan manusia, dari produk berdurasi jangka panjang (durable goods) ke layanan, seperti layanan kesehatan. Pada titik ini, perlu diwaspadai penurunan produktivitas akibat perubahan komposisi penduduk.

Berdasarkan data Bank Dunia, rasio ketergantungan (dependency ratio) di Indonesia adalah 47,2 (2023). Ini artinya 100 orang produktif (usia 15 hingga 65 tahun) harus menanggung 47,2 orang non produktif.

Tahun 2030 diperkirakan dependency ratio menjadi 46,9. Selanjutnya nilainya diperkirakan naik menjadi 47,3 pada tahun 2035. Ini berarti bonus demografi yang seringkali didengungkan akan segera terlewati.

Disrupsi teknologi telah banyak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan struktur tenaga kerja sudah mulai terjadi akibat perkembangan teknologi digital dan otomatisasi.

Teknologi dapat mengurangi pekerjaan yang bersifat repetitif. Namun, di sisi lain, teknologi juga mampu meningkatkan produktivitas kerja dan menurunkan biaya produksi.

Sebagai contoh, peningkatan 1 persen poin digitalisasi di Tiongkok terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,3 persen poin.

Indonesia telah mengalami pertumbuhan penetrasi digital yang luar biasa, dengan pandemi COVID-19 menjadi titik loncatan signifikan.

Sebagai contoh, data BPS menunjukkan bahwa hampir 70 persen penduduk, baik di perkotaan maupun pedesaan, saat ini memiliki akses internet.

Persentase ini melonjak dibandingkan pada 2019, sebelum pandemi COVID-19, yang hanya sebesar 48 persen. Sebagai perbandingan, pada 2012, hanya 15 persen penduduk yang memiliki akses internet.

Penetrasi teknologi digital telah mengubah model pekerjaan. Saat ini, banyak pekerjaan gig yang bersifat temporer. Dibandingkan dengan satu dekade lalu, jumlah pekerja di sektor digital telah meningkat lima kali lipat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat