pattonfanatic.com

BEI Ukur Dampak Kebijakan Pemilihan Menteri Pemerintahan Prabowo

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (5/7/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi banyaknya jumlah menteri dalam kabinet yang bakal terbentuk dalam pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto terhadap pasar modal Indonesia.

Pelantikan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming akan berlangsung pada 20 Oktober 2024.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, pada dasarnya pasar saham akan selalu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Senyum Sri Mulyani Saat Ditanya Peluang Jadi Menteri Kabinet Prabowo...

Ilustrasi saham, pasar saham, transaksi saham. SHUTTERSTOCK/JIRAPONG MANUSTRONG Ilustrasi saham, pasar saham, transaksi saham.

Pasalnya, kebijakan tersebut pada akhirnya akan berdampak pada emiten yang tercatat di bursa saham. Pada akhirnya, hal tersebut akan memengaruhi kinerja bursa dan harga saham perusahaan-perusahaan tercatat.

“Investor pasti akan melihat itu, tidak melihat apakah jumlah kementerian atau apa, tapi impact-nya terhadap pertumbuhan ekonomi seperti apa,” kata Jeffrey di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/10/2024).

Ia menambahkan, banyaknya menteri tidak selalu berarti akan ada birokrasi yang berbelit.

Sebab, hal tersebut sepatutnya telah dipertimbangkan sebelumnya. Jumlah kementerian tersebut mungkin saja dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas.

Baca juga: Bocoran Prabowo: Banyak Menteri yang Akan Datang Berada di Kabinet Sekarang

“Ya kita lihat aja lah nanti setelah 20 (Oktober 2024) reaksi pasar seperti apa,” imbuh dia.

Lebih lanjut, Jeffrey menceritakan, tren pergantian kepemimpinan, biasanya diikuti pasar saham dengan pergerakan yang positif. Ia menyebut, pasar kadang-kadang menunggu susunan kabinet baru untuk dapat melihat dampaknya.

Sebagai contoh pada awal pencalonan Joko Widodo sebagai presiden, pasar saham merespons dengan pertumbuhan hingga 6 persen. Respons ini yang terjadi saat pencalonan Jokowi pada 2014 kerap disebut dengan "Jokowi Effect".

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat