pattonfanatic.com

Rupiah Bergerak Volatil, BI Diramal Tahan Suku Bunga Acuan

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga dari kiri) bersama Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (ketiga dari kanan), dan para Deputi Gubernur (dari kiri) Aida S. Budiman, Doni P. Joewono, Juda Agung dan Filianingsih Hendarta memberikan pemaparan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa (21/8/2024). BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility tetap 7 persen.
Lihat Foto

JAKARTA, - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober pada Rabu (16/10/2024) siang hari. Pada pertemuan kali ini, BI diproyeksi mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 6 persen.

Salah satu pertimbangan utama yang membuat BI diprediksi mempertahankan suku bunga acuan ialah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang volatil, cenderung melemah.

Tim Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM - FEB UI) mencatat, secara bulanan kurs rupiah terdepresiasi 1,20 persen, dari sekitar Rp 15.300 per dollar AS pada pertengahan September ke kisaran Rp 15.600 per dollar AS pada pekan kedua Oktober 2024.

"Sejak awal tahun, rupiah sudah terdepresiasi sebesar 1,20 persen (year to date), cenderung lebih buruk dibandingkan ringgit Malaysia, rand Afrika Selatan, baht Thailand, dan rupee India," tulis LPEM - FEB UI, dalam laporannya, dikutip Rabu.

Baca juga: [POPULER MONEY] KPK Selidiki Dugaan Korupsi CSR Bank Indonesia | Imbas Gempa Bandung, KCIC Periksa Seluruh Jalur Whoosh

Depresiasi rupiah selaras dengan adanya aliran modal asing keluar yang terjadi selama satu pekan terakhir. Berdasarkan data BI, pada periode 7 - 10 Oktober 2024 terjadi "capital outflow" sebesar Rp 2,84 triliun.

Padahal, pada September 2024, modal asing deras masuk ke pasar uang RI. LPEM - FEB UI menyatakan, kembali keluarnya modal asing selaras dengan meningkatnya tensi geopolitik global dan ketidakpastian menjelang Pemilihan Umum di Amerika Serikat.

"Secara kumulatif hingga 11 Oktober, imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10 tahun meningkat 21bps ke 6,73 persen dan tenor 1 tahun sebesar 13bps ke 6,21 persen sejak akhir bulan lalu," tulis LPEM - FEB UI.

Baca juga: Kata Bos BI soal Dugaan Korupsi CSR Bank Indonesia

Dengan mempertimbangkan volatilitas pasar uang RI, LPEM - FEB UI menilai, BI perlu mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 6 persen. Meskipun bank sentral negara maju, utamanya The Federal Reserve, sudah mulai melonggarkan kebijakan moneternya, BI dinilai belum memiliki urgensi untuk kembali melanjutkan langkah penurunan suku bunga acuan.

"Sehingga, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen untuk saat ini," tulis LPEM - FEB UI.

Proyeksi senada disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede. Ia mengatakan, indeks dollar AS tengah berada dalam tren penguatan, sehingga akan menjadi pertimbangan utama BI dalam menentukan arah kebijakan moneternya.

Penguatan indeks dollar AS terjadi seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang kembali berubah. Masih positifnya sejumlah data perekonomian AS membuat pasar berekspektasi, The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya secara agresif di sisa tahun 2024.

"Kami perkirakan BI Rate tetap di level 6 persen pada RDG bulan Oktober 2024," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat