pattonfanatic.com

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan, Ini Pertimbangannya

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate di level 6,00 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan Oktober 2024.

Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah.

Selain itu, bank sentral juga mempertahankan tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility. Dengan demikian, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,25 persen dan lending facility sebesar 6,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 15 dan 16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Rabu (16/10/2024).

Baca juga: IHSG Tumbuh di Awal Sesi, Rupiah Perkasa

"Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter," sambungnya.

Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan tersebut diambil setelah menganalisis perkembangan kondisi perekonomian global.

Bank sentral menilai bahwa ketidakpastian pasar keuangan global kembali meningkat.

Meningkatnya ketidakpastian ini tecermin dari ekspektasi penurunan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang lebih rendah dari perkiraan semula.

Hal ini utamanya dipicu oleh data-data ekonomi yang positif dari Amerika Serikat, sehingga membuat The Fed tidak perlu terburu-buru memangkas suku bunga acuannya.

"Hal tersebut menyebabkan kenaikan yield US Treasury tenor 2 dan 10 tahun, dan indeks dollar AS terhadap berbagai mata uang dunia atau yang sering disebut DXY kembali mencatat penguatan," kata Perry.

Seiring dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah pun terdepresiasi. BI mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terdepresiasi sebesar 2,82 persen secara point to point (ptp) pada 15 Oktober 2024.

Sementara itu, jika dilihat secara tahun kalender (year to date/ytd), nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 1,17 persen.

Perry menambahkan bahwa depresiasi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang peso Filipina (-4,25 persen), dollar Taiwan (-4,58 persen), dan won Korea Selatan (-5,62 persen).

"Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah," tutur Perry.

Meskipun nilai tukar rupiah tertekan, Perry tetap optimistis bahwa tingkat inflasi akan terjaga dan berada dalam kisaran target BI, yakni 1,5 - 3,5 persen secara tahunan.

Tercatat, tingkat inflasi secara tahunan semakin melandai, dan mencapai level 1,84 persen pada September 2024.

"Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi indeks harga konsumen akan terkendali dalam sasarannya," ucap Perry.

Baca juga: Rupiah Bergerak Volatil, BI Diramal Tahan Suku Bunga Acuan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat