Asing Akumulasi Saham MTEL Jelang Lapkeu, Cek Rekomendasinya

JAKARTA, - Saham emiten menara telekomunikasi milik Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel ramai diborong investor asing (net foreign buy) dalam sepekan terakhir seiring dengan ekspektasi positif kinerja keuangan di kuartal III-2024.
Sebagai informasi emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk MTEL, dijadwalkan akan merilis laporan keuangan kuartal III atau Q3-2024 pada akhir bulan ini.
Berdasarkan data BEI, saham MTEL mulai dibeli asing dalam sepekan terakhir sebesar Rp 13 miliar dan sebulan terakhir net buy asing Rp 53 miliar di semua pasar. Jika ditarik ke periode tiga bulan, saham MTEL juga membukukan net buy senilai Rp 74 miliar .
Baca juga: Rekomendasi Saham di Minggu Pertama Pemerintahan Prabowo
Berdasarkan konsensus yang dirangkum Bloomberg, terdapat 26 analis yang melakukan riset terhadap saham Mitratel. Dari kumpulan riset itu, mayoritas analis merekomendasikan saham MTEL dengan buy ratio 92 persen. Sementara itu, buy ratio untuk saham TBIG dan TOWR masing-masing 33,3 persen dan 75,9 persen per Jumat, (18/10/2024).
Rekomendasi buy untuk MTEL datang dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia dengan target harga Rp 790 dan Sinarmas Sekuritas yang target harganya dikerek naik dari Rp 845 menjadi Rp 860. Kenaikan target harga juga ditetapkan oleh analis Trimegah Sekuritas menjadi Rp 720.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Jonghoon Wo, dalam riset terakhirnya mengatakan MTEL ke depan akan terus mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi, terutama didorong lini bisnis kabel optik.
MTEL juga memiliki ketergantungan pendapatan terendah pada XL dan Smartfren (FREN) di antara perusahaan sejenis, yakni di bawah 15 persen, sehingga apapun yang berkaitan dengan dua emiten telco itu dampaknya terhadap kinerja akan minimal.
Berkaca dari konsolidasi perusahaan operator telekomunikasi sebelumnya, entitas hasil merger akan meninjau ulang sewa menara dan fiber sejalan dengan penyatuan aset dan bisnis. Terutama yang berada satu lokasi atau cenderung berdekatan.
Tapi, di sisi lain, entitas hasil merger akan tetap ekspansi ke sejumlah daerah yang penetrasi pasarnya masih terbilang rendah. Mereka bakal terus memperluas jangkauan untuk menggarap potensi pasar di wilayah lain yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Pada konteks ini, MTEL berpotensi menangguk untung paling besar karena memiliki jaringan infrastruktur telekomunikasi paling merata di Indonesia. Dari 38,581 menara MTEL per akhir Juni 2024, sebanyak 15,974 menara atau setara 41% berlokasi di pulau jawa. Sementara 22,607 menara sisanya, atau setara 59%, berada di luar Pulau Jawa. Dengan penguasaan pasar yang dominan di luar Pulau Jawa itu, MTEL diyakini bakal menjadi partner strategis sejumlah operator telekomunikasi untuk ekspansi.
Katalis positif lainnya datang dari penurunan suku bunga acuan yang diperkirakan bakal terjadi lagi pada semester kedua tahun ini. Perubahan suku bunga akan berdampak pada biaya pinjaman. Sementara itu, MTEL membukukan rasio utang paling rendah dibandingkan pemain lainnya, sehingga memiliki ruang untuk menarik pinjaman apabila ingin melakukan ekspansi.
“Penurunan suku bunga juga diperkirakan akan terjadi pada semester kedua 2024, dan hal ini akan berdampak positif terhadap penilaian sektor ini secara keseluruhan,” tulis Jonghoon dikutip Selasa (22/10/2024).
Per semester I-2024, pendapatan MTEL naik 7,8 persen year on year menjadi Rp 4,45 triliun dari Juni tahun lalu Rp 4,13 triliun. Laba bersih anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) pun naik 4 persen YoY dalam 6 bulan menjadi Rp 1,06 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,02 triliun.
Pendapatan terbesar atau 93 persen disumbang pendapatan sewa menara menara sebesar Rp 4,12 triliun, atau naik 7,6 persen dari tahun sebelumnya Rp 3,83 triliun. Berikutnya, pendapatan dari bisnis konstruksi juga naik 3 persen menjadi Rp 304,12 miliar dari sebelumnya Rp 295,81 miliar, dan sisanya pendapatan jasa dan sewa listrik Rp 24,63 miliar.
Baca juga: Mengenal 5 Istilah Penting Seputar Dividen dalam Investasi Saham
Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.
Terkini Lainnya
- SBN ORI027 Masih Bisa Dipesan sampai 20 Februari 2025, Ini Cara Belinya
- Ironi Kemenkeu yang Konon Berintegritas
- Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Lagi, Simak Rincian Per 11 Februari 2025
- Coretax Tetap Diterapkan Meski Bermasalah, Paralel dengan Sistem Lama
- Gandeng Polri Awasi HPP Gabah, Mentan: Kami Kolaborasi, Supaya Tidak Ada Penyimpangan
- Bansos PKH 2025: Jadwal Pencairan, Besaran Bantuan, dan Cara Ceknya
- Duduk Perkara BYOND BSI yang Eror, "Upgrade" Sistem sampai Normal Kembali
- KKP Hari Ini Bongkar Pagar Laut Bekasi
- Cek Rekening, Dana Investasi SBR012T2 Sudah Cair
- IHSG Bakal Terkoreksi Lagi? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Selasa
- Wall Street Menguat Ditopang Saham Teknologi dan Industri Baja-Aluminium
- Sempat Punya Ratusan, Kini Gerai Teguk Tinggal 35 Outlet
- Investor Keluhkan Aktivitas Ormas, Begini Respons BKPM
- Mau Pasang Listrik Baru? Catat Biaya Penyambungan PLN 2025
- Menteri Rosan Bantu Carikan Investor untuk IKN Sampai ke Singapura
- Great Eastern LIfe Rilis Great Prestige Optima Protector, Simak Keunggulannya
- Lowongan Kerja Freeport Indonesia untuk Lulusan D3, Cek Posisi dan Syaratnya
- Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2024, KoinWorks Perkuat Akses Pembiayaan untuk UMKM
- Menaker Ungkap Program Kerja 100 Hari Pertama: Tuntaskan Pembahasan UMP
- Ambil Peluang Kenaikan Harga Emas, Ini Strategi Investasi untuk Pemula pada Era Digital