Rupiah Tertekan ke Rp 15.700 Per Dollar AS, BI Beberkan Penyebabnya
JAKARTA, - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin tertekan di pasar spot. Bahkan hari ini, kurs mata uang Garuda melemah ke level Rp 15.700 per dollar AS.
Mengacu data Bloomberg, hingga pukul 13.38 WIB, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.735 per dollar AS. Angka ini turun 88 poin atau 0,56 persen.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan, depresiasi rupiah selaras dengan pergerakan mata uang negara Asia yang "terkapar" terhadap dollar AS. Pemicunya, ketidakpastian ekonomi global yang berlanjut.
"Perkembangan nilai tukar mata uang Asia hari ini banyak yang mengalami pelemahan terhadap US dollar, faktor pendorongnya bersumber dari sentimen global yang kurang kondusif," tutur dia, kepada , Senin (28/10/2024).
Baca juga: IHSG DIbuka di Zona Hijau pada Awal Pekan, Rupiah Melemah di Pasar Spot
Indeks dollar AS memang terpantau bergerak cenderung menguat pada hari ini. Berdasarkan data Investing, indeks dollar AS bergerak cenderung menguat di kisaran 104,32.
Edi menjelaskan, faktor pertama yang membuat dollar AS menguat ialah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang lebih agresif, kini menjadi berkurang. Pasalnya, berbagai rilis data menunjukan perekonomian AS masih "positif", sehingga memberikan ruang kepada The Fed untuk mempertahankan tingkat bunga acuan yang tetap tinggi.
"Ditambah pernyataan-pernyataan pejabat The Fed yang cenderung less dovish," katanya.
Baca juga: Mengenal Hawkish dan Dovish dalam Kebijakan Moneter Bank Sentral
Selain itu, langkah Israel untuk melakukan serangkaian serangan udara ke Iran turut mempengaruhi apresiasi dollar AS. Agresi militer itu meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, sehingga membuat investor lebih berhati-hati terhadap dananya.
"Terakhir, perlambatan data fundamental di China dan Eropa," ujar Edi.
Dengan melihat pergerakan rupiah saat ini, Edi memastikan, BI terus mengawal pasar keuangan dengan melakukan intervensi pasar. Hal ini dilakukan untuk memastikan atau menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan valuta asing di pasar keuangan.
"Agar market confidence tetap terjaga," ucapnya.
Baca juga: BI Perpanjang Kebijakan DP Nol Persen untuk Kredit Mobil dan Rumah hingga Desember 2025
Terkini Lainnya
- Dorong Kebiasaan Menabung, UOB Gelar Program Savings Week
- Istana Sebut Prabowo Belum Bahas Pembentukan Kementerian Penerimaan Negara
- Perjanjian ICA-CEPA Selesai, Mendag Budi Sebut Akses Masuk Sawit ke Kanada Lebih Mudah
- Rayakan HUT Ke-34, JNE Bawa Semangat Melesat Sat Set
- Soal Kementerian Penerimaan Negara, Kemenko Perekonomian: Itu Domainnya Kemenkeu
- Elnusa Pastikan Pasokan Elpiji Lancar Jelang Natal dan Tahun Baru
- ICA-CEPA dengan Kanada Rampung secara Substantif, Ini Keuntungannya bagi RI
- AirAsia Akan Turunkan Harga Tiket Pesawat 10 Persen
- 3 Pekerjaan "Entry-Level" dengan Potensi Penghasilan 100.000 Dollar AS
- Soal Proyek Gasifikasi Batu Bara Pengganti LPG, PTBA Tunggu Penugasan Pemerintah
- Menteri KP Targetkan Ikan Nila Karawang Jadi Sumber Protein Makan Bergizi Gratis
- Banggar DPR Setujui Tambahan Anggaran Rp 5 Triliun untuk 7 Kemenko
- PMI Manufaktur Kontraksi 5 Bulan Berturut-turut, Kemenperin: Kami Tidak Heran...
- Emisi Gas Rumah Kaca Industri Terus Naik, Menperin: Penggunaan Energi Penyumbang Terbanyak
- Mentan Hentikan Sementara Impor Daging Domba, Ini Alasannya
- Istana Sebut Prabowo Belum Bahas Pembentukan Kementerian Penerimaan Negara
- Prabowo Targetkan RI Swasembada Pangan 4 Tahun Lagi, Mentan Amran Optimistis Bisa Lebih Cepat
- Besaran Bea Anti-Dumping Produk Udang RI ke AS Turun, Jadi 3,9 Persen
- Lagi, Mentan Amran Copot Direktur di Kementan karena Terima Fee Proyek Rp 700 Juta
- Pertamina Hulu Energi Gelar Forum untuk Dorong Inovasi
- Bos Sritex Pastikan Operasional Berjalan Normal meski Dinyatakan Pailit