Gabung BRICS, Indonesia Bakal Semakin Tergantung dengan China?
JAKARTA, - Rencana Indonesia untuk bergabung dengan organisasi kerja sama multilateral BRICS Plus dinilai memiliki potensi negatif terhadap perekonomian nasional.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, keinginan untuk bergabung ke dalam BRICS Plus menunjukan tingginya ketergantungan Indonesia terhadap China.
Sebagai informasi, China merupakan satu dari lima negara anggota pertama BRICS, yakni Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
"Padahal tanpa BRICS dari sisi investasi dan perdagangan Indonesia, porsi China sudah sangat besar," kata Bhima, dalam keterangannya, dikutip Senin (28/10/2024).
Baca juga: Jadi Anggota BRICS Tidak Berarti Indonesia Jauhi Negara Barat
Lebih lanjut Bhima bilang, dalam kurun waktu 9 tahun terakhir, nilai impor Indonesia dari China melonjak 112,6 persen, dari 29,2 miliar dollar AS pada 2015, menjadi 62,1 miliar dollar AS pada 2023.
Pada periode yang sama, realisasi investasi dari Negeri Tirai Bambu di Indonesia melonjak 11 kali lipat.
"Indonesia juga tercatat sebagai penerima pinjaman Belt and Road Initiative terbesar dibanding negara lainnya pada 2023," ujarnya.
Keinginan Indonesia untuk bergabung dalam BRICS pun dikhawatirkan meningkatkan ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap China.
Padahal, ekonomi China tengah berada dalam tren pelemahan, di mana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksi, pertumbuhan ekonomi China melambat ke kisaran 3,4 persen dalam kurun waktu 4 tahun ke depan.
"Ketergantungan pada China juga membuat perekonomian lebih rapuh," ujar Bhima.
"Terdapat kekhawatiran dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS justru melemahkan kinerja perekonomian. Kondisi ini idealnya direspons dengan penguatan diversifikasi negara mitra diluar China bukan malah masuk menjadi anggota BRICS," sambugnya.
Oleh karenanya, Direktur China-Indonesia Desk Celios Muhammad Zulfikar Rakhmat menilai, hingga saat ini belum ada urgensi Indonesia untuk bergabung dengan grup ekonomi BRICS, mengingat keberadaan China dalam grup tersebut dikhawatirkan mempengaruhi independensi Indonesia dalam bersikap di berbagai isu krusial.
"Salah satunya merespon manuver China di kawasan Laut China Selatan," ucap Zulfikar.
Baca juga: Dedolarisasi dan Kekuatan BRICS
Terkini Lainnya
- Banggar DPR Setujui Tambahan Anggaran Rp 5 Triliun untuk 7 Kemenko
- PMI Manufaktur Kontraksi 5 Bulan Berturut-turut, Kemenperin: Kami Tidak Heran...
- Emisi Gas Rumah Kaca Industri Terus Naik, Menperin: Penggunaan Energi Penyumbang Terbanyak
- Mentan Hentikan Sementara Impor Daging Domba, Ini Alasannya
- Inflasi November 2024 0,30 Persen karena Bawang Merah dan Tomat
- Catat, Ini Harga Pertamax di Pertashop dan SPBU Pertamina Se-Indonesia pada Desember 2024
- Serial TV Termahal di Dunia dengan Anggaran Fantastis, Rp 6,33 Triliun Per Musim
- Turun Rp 5.000 Per Gram, Cek Harga Emas Antam 2 Desember 2024
- KAI Group Siapkan 44,7 Juta Tempat Duduk untuk Libur Nataru 2024/2025
- TransNusa Turunkan Harga Tiket Pesawat untuk Liburan Nataru
- Tips Mengenali Lowongan Kerja Palsu dan Cara Menghindarinya
- 3 Fitur Canggih DANA yang Cocok buat Anak Muda Aktif
- Link dan Cara Daftar Barcode Pertamina untuk Beli Pertalite
- Harga Tiket Pesawat Turun 10 Persen, Pengamat: Perlu Kajian Lebih Dalam Untuk Keselamatan
- Harga Emas Terbaru Hari Ini 2 Desember 2024 di Pegadaian
- Bagaimana Cara Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan Lewat HP?
- Rupiah Tertekan ke Rp 15.700 Per Dollar AS, BI Beberkan Penyebabnya
- Prabowo Targetkan RI Swasembada Pangan 4 Tahun Lagi, Mentan Amran Optimistis Bisa Lebih Cepat
- Besaran Bea Anti-Dumping Produk Udang RI ke AS Turun, Jadi 3,9 Persen
- Lagi, Mentan Amran Copot Direktur di Kementan karena Terima Fee Proyek Rp 700 Juta