pattonfanatic.com

Membaca Arah Kebijakan Swasembada Pangan dan Energi

Petani memanen padi di Desa Penganjang, Kecamatan Sindang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (4/3/2024). Menurut petani, harga gabah kering saat ini mengalami kenaikan menjadi Rp1,1 juta per kuintal dari sebelumnya Rp950 ribu per kuintal.
Lihat Foto

PRESIDEN Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen mencapai swasembada di sektor pangan dan energi sebagai strategi utama menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Dalam pidato inaugurasi di Gedung Nusantara, Jakarta, pada 20 Oktober 2024, ia menekankan ketahanan pangan dan kemandirian energi adalah faktor kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional serta menghadapi ketidakpastian global yang meningkat, termasuk dalam hal perubahan iklim, fluktuasi harga komoditas, dan ketegangan geopolitik.

Presiden Prabowo menyatakan keyakinannya bahwa dalam 4-5 tahun ke depan, Indonesia akan mampu mencapai swasembada pangan. Bahkan, negara ini siap bertransformasi menjadi salah satu pemasok utama pangan global.

Hal ini mencerminkan optimisme pemerintah dalam meningkatkan kapasitas produksi pangan domestik, mengurangi ketergantungan impor, serta memperkuat sektor pertanian sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas pangan nasional.

Dengan kebijakan tepat, Indonesia diharapkan dapat berperan sebagai pemain kunci dalam perdagangan pangan internasional.

Presiden menyampaikan Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang melimpah.

Komoditas seperti kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan bakar seperti solar dan bensin, sementara tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, dan jagung berpotensi menjadi bahan baku energi alternatif.

Pemanfaatan sumber daya ini dapat mendukung diversifikasi energi, mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, dan memperkuat kemandirian energi nasional, sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi sektor pertanian dan industri hilir.

Pada awal masa pemerintahan Jokowi, terdapat komitmen untuk mencapai swasembada pangan.

Namun, realitasnya menunjukkan bahwa upaya tersebut tidak berhasil, dengan lonjakan impor pangan selama dekade terakhir yang hampir dua kali lipat, meningkat dari 10,1 miliar dollar AS pada 2013 menjadi 18,8 miliar dollar AS pada 2023.

Kondisi ini menyoroti tantangan dalam mencapai ketahanan pangan, di mana ketergantungan pada impor semakin meningkat, yang berpotensi mengganggu keseimbangan neraca perdagangan dan memperburuk defisit perdagangan, serta menghambat potensi pemanfaatan sumber daya alam domestik secara optimal.

Tantangan swasembada

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mencatat peningkatan cukup signifikan dalam impor pangan, yang mengindikasikan adanya tantangan struktural dalam sektor pertanian domestik.

Pada 2023, total nilai impor pangan mencapai sekitar Rp 107,67 triliun (sekitar 18,76 miliar dollar AS), mencakup berbagai komoditas utama seperti beras, gula, dan daging sapi.

Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia pada pasokan pangan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik, yang berpotensi berdampak pada neraca perdagangan serta stabilitas harga di pasar dalam negeri.

Proyek food estate belum menunjukkan hasil optimal di era pemerintahan sebelumnya. Meskipun terdapat beberapa pencapaian dalam peningkatan produktivitas, proyek ini masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti hasil produksi yang belum konsisten memenuhi target yang direncanakan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat