BWPT Cetak Laba Bersih Rp 185 Miliar Per Kuartal III 2024, Naik 78 Persen

JAKARTA, - Emiten perkebunan kelapa sawit dan pengolahan sawit PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) membukukan laba bersih Rp 185 miliar sampai kuartal III-2024.
Angka ini tumbuh 78 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi mengatakan, capaian ini melampaui pencapaian laba bersih BWPT sepanjang 2023.
"Hasil kinerja ini terjadi berkat sejumlah strategi yang dilakukan, salah satunya perusahaan secara konsisten menurunkan pinjaman bank sehingga mendorong terjadinya penurunan beban bunga pinjaman sebesar 16 persen secara tahunan," kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (30/10/2024).
Baca juga: Laba Bersih TBS Energi Utama Naik 187,8 Persen pada Kuartal III 2024
Ia menambahkan, BWPT juga mencatat Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar Rp 924 miliar per September 2024.
Angka itu tumbuh 10 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari Rp 840 miliar.
Selain itu, BWPT juga fokus untuk menjaga profitabilitas perusahaan dengan cara melakukan pembelian buah luar secara selektif.
BWPT fokus pada kualitas dan harga buah sehingga pembelian buah luar per September 2024 hanya sebesar 28 persen dari total pembelian buah periode yang sama tahun sebelumnya.
"Harga buah luar 2024 naik sebesar 25 persen dibandingkan 2023," imbuh dia.
Henderi mengungkapkan, langkah strategis di atas berhasil meningkatkan efisiensi biaya operasional perusahaan dengan beban pokok penjualan turun sebesar 16 persen secara tahunan.
Dengan demikian, BWPT mencatat pertumbuhan laba kotor sebesar 15 persen secara tahunan.
Di sisi lain, pendapatan BWPT selama sembilan bulan awal 2024 ini juga sedikit terkoreksi karena adanya pengurangan 1 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) menjadi 7 PKS dan tingkat pembelian buah luar tahun ini juga menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, peningkatan produksi akan dirasakan pada kuartal IV-2024, mengingat adanya keterlambatan musim hujan di tahun ini.
Namun, pendapatan selama satu tahun diprediksi dapat melampaui target yang telah ditetapkan dan didukung oleh tingkat Oil Extraction Rate (OER) yang saat ini telah mencapai 23,6 persen.
Faktor utama lainnya yang turut berkontribusi pada penurunan beban pokok penjualan adalah penurunan harga pupuk yang signifikan pada 2024 dan efisiensi dari biaya pemeliharaan kebun.
Terkini Lainnya
- Ketika Lampu Redup dan AC Semakin Hangat di Kementerian BUMN…
- Rahasia Sukses Menurut Steve Jobs: Bukan Soal Bakat, tapi Cara Berpikir
- Muslim LifeFair Bakal Digelar di Revo Mall Bekasi, Tawarkan Diskon hingga 70 Persen
- Dana IPO Bukalapak Parkir di Instrumen Investasi, Benarkah Akan Berubah Haluan?
- PLN Pastikan Sisa Token Listrik Diskon 50 Persen Tidak Hangus Meski Periode Promo Berakhir
- Bahlil Pertimbangkan Aturan Wajibkan Eksportir Batu Bara Gunakan HBA
- Pertamina Produksi 14,5 Juta Barrel BBM Rendah Sulfur untuk Kapal
- Mengapa Orang Kaya Rela Bayar Mahal untuk Terbang dengan Jet Pribadi?
- Tol Terpeka, Tol Terpanjang di Indonesia yang Mendukung Konektivitas Sumatera
- Isu Pengurangan Karyawan Imbas Efisiensi Anggaran, Ini Penjelasan RRI
- KAI Daop 1 Tutup Perlintasan Liar di Lintas Batuceper-Tanah Tinggi
- "Upgrade" Sistem Selesai, BSI Sebut Layanan Aplikasi BYOND Telah Normal
- Menteri Rosan: Insya Allah Danantara Bisa Diluncurkan Dalam Waktu Dekat ...
- Cara Beli Tiket Kereta Api Lebaran 2025 secara Online
- Update BBM BP-AKR Terbaru, Harga BP 92 Turun
- Mengapa Orang Kaya Rela Bayar Mahal untuk Terbang dengan Jet Pribadi?
- Isu Pengurangan Karyawan Imbas Efisiensi Anggaran, Ini Penjelasan RRI
- Sumber Kekayaan Maha Vajiralongkorn, Raja Terkaya di Dunia
- Bank Mandiri Cetak Laba Bersih Rp 42 Triliun hingga Kuartal III-2024
- Erick Thohir: Pindad Sedang Kerjakan 4.600 Maung Pesanan Kemenhan
- Bagaimana Nasib Satgas Penurunan Harga Tiket Pesawat Setelah Kemenko Marves Dihapus? Ini Kata AHY
- Asa Pemerintah Selamatkan Sritex, Dorong Produksi dan Ekspor Tetap Lanjut