Tupperware Batal Bangkrut, Ini Sebabnya
NEW YORK, - Perusahaan produk rumah tangga Tupperware selamat dari kebangkrutan karena hakim kepailitan Amerika Serikat (AS) menyetujui proposal perlindungan kebangkrutan Tupperware Brands Corporation.
Nantinya, Tupperware akan menjual asetnya kepada pemberi pinjaman.
Dengan demikian, perusahaan dapat keluar dari kebangkrutan dengan kegiatan operasional yang masih utuh.
Pengadilan kepailitan AS menyetujui penjualan Tupperware kepada sekelompok pemberi pinjaman.
Baca juga: Siapa Pemilik Tupperware dan Bagaimana Awal Mulanya Digemari Ibu-ibu?
Berdasarkan ketentuan perjanjian yang disetujui pengadilan, Tupperware akan dibeli dengan harga 23,5 juta dollar AS secara tunai.
Angka itu setara dengan Rp 370,40 miliar dengan asumsi kurs Rp 15.761 per dollar AS.
Jumlah tersebut disertai dengan paket keringanan utang yang melebihi 63 juta dollar AS.
Tupperware menyetujui pengambilalihan oleh pemberi pinjaman minggu lalu dan beralih dari lelang aset yang direncanakan sebelumnya.
Nantinya, Tupperware berencana untuk mengubah nama merek menjadi The New Tupperware Co.
Dengan demikian, perusahaan akan mempertahankan kehadirannya di pasar global, termasuk Amerika Serikat, Kanada, serta pasar utama di seluruh Asia dan Amerika Latin.
Pelanggan masih dapat membeli produk Tupperware secara daring dan melalui jaringan konsultan penjualan independen merek tersebut yang telah ada selama puluhan tahun.
Pengacara Tupperware, Spencer Winters, berkomentar positif terhadap penjualan ini.
Ia menyatakan bahwa aksi ini akan mempertahankan pekerjaan, hubungan pelanggan, dan koneksi bisnis penting.
"Ini adalah situasi yang sangat membutuhkan penyelesaian global yang luas," kata Winters, dikutip dari Newsweek, Selasa (5/11/2024).
Ia menjelaskan bahwa transaksi ini memosisikan Tupperware untuk muncul sebagai entitas swasta di bawah kepemilikan baru kelompok pemberi pinjaman pembelian, yang meliputi Stonehill Capital Management dan Alden Global Capital.
Baca juga: Tiga Faktor yang Dinilai Jadi Penyebab Tupperware Bangkrut
Terkini Lainnya
- Korsel dan Suriah Memanas, Airlangga: Kita Harus Ambil Kesempatan Emas Ini...
- Antusiasme Usaha Bullion, OJK: Cukup Ada, Meskipun Tidak Banyak
- Elektrifikasi Transportasi, Kunci Indonesia Capai Nol Emisi Karbon 2060
- Kamar Dagang Uni Eropa Sebut Birokrasi Masih Jadi Kendala Investasi di Indonesia
- Ada Gejolak di Suriah, Pertamina Pastikan Operasional Kapal Tanker Minyak Aman
- Tingkatkan Daya Saing, Pertagas Integrasikan Teknologi Digital
- KAI Siapkan 40.782 Perjalanan Kereta Selama Nataru 2024/2025
- Rincian Kenaikan PPN untuk Barang Mewah akan Diatur Dalam Peraturan Menteri Keuangan
- Prabowo: Upah Minimun 2025 Sudah Pertimbangkan Faktor Pertumbuhan Ekonomi
- OJK Sebut BSI dan Pegadaian Paling Siap Jalankan Kegiatan Usaha Bullion
- Jadwal KA BIAS Terbaru Rute Solo-Madiun (PP)
- Kebutuhan Beras 2025 Diproyeksi 31 Juta Ton, Zulhas: Kalau Tak Ada Halangan, Kita Tak Akan Impor
- KAI Bakal Cantumkan Informasi Karbon Kredit di e-Boarding Pass Penumpang Untuk Periode Nataru
- Survei BI: Masyarakat Makin Optimistis dengan Kondisi Ekonomi Indonesia
- Platform Tokenisasi Properti GORO Masuk "Regulatory Sandbox" OJK
- Perwakilan Buruh Ingin Segera Temui Prabowo untuk Dorong Penetapan UMP Sesuai Putusan MK
- Laba Bersih Allo Bank Turun Jadi Rp 302,59 Miliar, Ini Penyebabnya
- Emiten Persewaan Forklift SMIL Bukukan Pendapatan Rp 267,9 Miliar pada Kuartal III 2024
- RMKE Cetak Laba Bersih Rp 177,2 Miliar sampai September 2024
- Kaji Skema Subsidi BBM dan Listrik, Bahlil: Satu Minggu dari Sekarang Sudah Ada Formulasinya...