Bangkitnya Airbus A380: Raksasa Pesawat Bakal "Reinkarnasi" Produksi?
BEBERAPA bulan terakhir, media-media dunia ramai memberitakan kembali meningkatnya permintaan utilisasi pesawat Airbus A380 oleh berbagai maskapai penerbangan internasional.
Indonesia turut merasakan dampaknya. Sejak 1 Juni 2023, maskapai Emirates telah menggunakan Airbus A380 untuk penerbangan Dubai-Denpasar.
Kemudian pada 1 September 2024, Emirates menambah penerbangan tersebut dengan dua unit A380 sehingga frekuensi total mingguan penerbangan Dubai-Denpasar menjadi 14 kali menggunakan Airbus A380.
Dengan daya angkut penumpang dan kru hingga 878 orang, pesawat Airbus A380 layaknya raksasa yang bangun dari gelapnya lorong-lorong goa pandemi selama bertahun-tahun lalu.
Adapun berat total (termasuk penumpang, barang dan bahan bakar) pesawat Airbus A380 saat lepas landas dapat mencapai 575.000 kg. Berat tersebut setara dengan berat sekitar 340 unit mobil Kijang Innova yang terbang secara bersamaan.
Pasca-Pandemi Covid-19 melanda dunia, sejumlah maskapai internasional kembali menghidupkan armada A380 untuk melayani berbagai destinasi yang super ramai.
Baca juga: Nuklir untuk Propulsi Penerbangan: Potensi dan Permasalahannya
Apa yang menjadi penyebab meningkatnya permintaan utilisasi pesawat Airbus A380 oleh berbagai maskapai internasional tersebut? Apakah berarti produksi pesawat penumpang terbesar yang ada saat ini akan dihidupkan kembali oleh Airbus?
Hingga saat ini, terdapat sepuluh maskapai penerbangan internasional yang mengoperasikan pesawat Airbus A380.
Maskapai tersebut adalah Emirates, Singapore Airlines, All Nippon Airways, British Airways, Etihad Airways, Qatar Airways, Lufthansa, Asiana Airlines, Qantas, dan Korean Air.
Terdapat lima maskapai lain yang juga pernah mengoperasikan Airbus A380, tetapi kemudian menghentikan operasi pesawat itu karena terlalu sedikitnya penumpang yang diangkut dibandingkan kursi yang tersedia dalam Airbus A380.
Hal itu terkait juga berkurang drastisnya pengguna jasa penerbangan saat pandemi Covid-19.
Kelima maskapai penerbangan itu adalah Malaysia Airlines, China Southern Airlines, Air France, Hi Fly Malta, dan Thai Airways.
Saat ini muncul juga maskapai baru, bernama "Global Airlines", yang mulai 2025 akan menggunakan empat unit armada Airbus A380 dalam rute yang dilayaninya dari London ke New York dan Los Angeles.
Pasca-Pandemi Covid-19, berbagai maskapai operator pesawat Airbus A380 kembali mengoperasikan pesawat tersebut.
Misalnya, Singapore Airlines dan British Airways saat ini sudah kembali mengoperasikan seluruh pesawat Airbus A380 yang mereka miliki sebanyak 24 unit.
Adapun maskapai Jerman Lufthansa meluncurkan program peningkatan kelas Bisnis Allegris untuk seluruh unit A380 yang dimilikinya.
Sementara itu, operator terbesar Airbus A380, yaitu Emirates, kembali mengoperasikan 123 unit A380 yang mereka miliki pada 2024 ini, termasuk melayani 14 kali per minggu penerbangan Dubai-Denpasar.
Peningkatan jumlah penumpang yang tinggi pascaberakhirnya pandemi Covid-19 membuat banyak maskapai melihat Airbus A380 sebagai pilihan untuk mengurai kepadatan rute yang mereka layani.
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan keterlambatan proses manufaktur pesawat-pesawat alternatif berbadan lebar seperti Boeing-777, Boeing-787, Airbus A330, dan Airbus A350.
Hal tersebut membuat pilihan pada pengoperasian kembali Airbus A380 semakin tidak terhindarkan.
Namun, akankah pengoperasian kembali Airbus A380 ini berlangsung dalam jangka panjang?
Apakah kembali beroperasinya armada pesawat A380 tersebut cukup untuk meyakinkan perusahaan manufaktur pesawat Airbus menghidupkan kembali proses produksi Airbus A380 yang sempat dihentikan pada 2021 lalu?
Baca juga: Tak Banyak Maskapai Berminat, Airbus Hentikan Produksi A380 Superjumbo
CEO Divisi Pesawat Komersial Airbus, Christian Scherer, pertengahan tahun ini sempat mengatakan bahwa pintu lini produksi A380 sudah "ditutup (closed)", tetapi tidak "dikunci (locked)".
"In industry, nothing is ever ruled out," ujar Christian Scherer seperti dikutip Aviation News Ltd edisi 10 Juli 2024.
Pernyataan Scherer di atas, yang beriringan dengan peningkatan permintaan utilisasi Airbus A380, memunculkan spekulasi tentang kemungkinan Airbus menghidupkan kembali proses produksi pesawat A380.
Namun, menghidupkan kembali lini produksi suatu tipe pesawat bukan perkara sederhana. Apalagi untuk pesawat sebesar dan sekompleks Airbus A380 yang harga per unitnya dapat mencapai 450-500 juta dollar AS (sekitar Rp 7,05-7,83 triliun).
Terkini Lainnya
- Awal Sesi, IHSG dan Rupiah di Zona Merah
- Inflasi 1,55 Persen: Stabilitas Ekonomi atau Sinyal Bahaya?
- Demi Bisa Jualan iPhone 16, Apple Mau Bangun Pabrik di RI pada 2026
- Harga Emas Terbaru Hari Ini di Pegadaian Kamis 12 Desember 2024
- Naik Lagi Rp 14.000 Per Gram, Cek Harga Emas Antam Hari Ini Kamis 12 Desember 2024
- Kenapa Vietnam Justru Turunkan PPN dari 10 Persen Jadi 8 Persen?
- Wujudkan Kesejahteraan Rakyat, PetroChina Serahkan 18 Program Pemberdayaan Masyarakat ke Pemkab Tanjab Timur
- Harga Jual Eceran Rokok Naik pada 2025
- Perluas Fasilitas Pabrik, Acer Tingkatkan Kapasitas Produksi Hingga 2 Kali Lipat
- Harga Bahan Pokok Kamis 12 Desember 2024, Harga Ikan Kembung dan Cabai Merah Keriting Naik
- Korupsi dan Reformasi Perizinan Berusaha
- IHSG Bakal Melanjutkan Reli Pertumbuhan? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Kamis
- Wall Street Ditutup Variatif, Nasdaq Cetak Rekor
- Perdagangan Emas Digital Tumbuh Pesat, Nilai Transaksi Capai Rp 41,3 Triliun
- Flash Sale Tiket Kereta 12.12 Bisa Dibeli Pukul 12.00, Ini Caranya
- Pemerintah Akhirnya "Kantongi" Komitmen Tertulis Investasi Rp 15,9 Triliun dari Apple
- APBN Tekor Rp 309 Triliun di Awal Pemerintahan Prabowo
- Uang Pensiun Jokowi Sudah Cair, Berapa Nominalnya?
- Ekspansi, CNMA Buka Bioskop Baru di Agora Mall Thamrin Nine
- Bagaimana Sistem Penilaian Tes SKD CPNS 2024?
- Perkuat Posisi Pasar, WINE Luncurkan Produk Baru