Mengenal Discounted Cash Flow (DCF): Metode Menilai Investasi Masa Depan
JAKARTA, - Dalam dunia investasi dan manajemen keuangan, Discounted Cash Flow (DCF) merupakan salah satu metode analisis yang digunakan untuk menentukan nilai suatu investasi dengan cara mendiskon arus kas masa depan yang diperkirakan.
Analisis DCF dapat diaplikasikan pada berbagai jenis investasi, mulai dari saham, perusahaan, proyek, hingga aset lainnya, sehingga metode ini menjadi populer di kalangan investor dan pengelola keuangan perusahaan.
Apa Itu Discounted Cash Flow (DCF)?
Dilansir dari corporatefinanceinstitut.com, Discounted Cash Flow (DCF) adalah metode penilaian investasi dengan mengestimasi arus kas yang diharapkan di masa mendatang dan mendiskonnya ke nilai sekarang.
Jika nilai DCF suatu investasi lebih besar dari biaya awal yang dikeluarkan, maka investasi tersebut dinilai menguntungkan.
Baca juga: Nasib KFC, Babak Belur karena Covid-19, Makin Sepi Gara-gara Diboikot
Sebaliknya, jika nilai DCF lebih rendah dari biaya awal, investor dianjurkan untuk tidak melanjutkan investasi tersebut.
Metode ini sering dibandingkan dengan modal investasi awal. Semakin tinggi DCF suatu proyek, semakin besar keuntungan yang dapat diperoleh investor.
Namun, apabila DCF lebih rendah dari biaya saat ini, investor mungkin lebih bijak mempertahankan dana mereka.
Cara Melakukan Analisis Discounted Cash Flow
Langkah pertama dalam melakukan analisis DCF adalah memperkirakan arus kas masa depan untuk periode tertentu.
Dalam perkiraan ini, nilai terminal dari investasi juga perlu diperhitungkan. Arus kas masa depan dapat bernilai negatif jika membutuhkan investasi tambahan di periode tertentu.
Setelah itu, investor perlu menentukan tingkat diskonto yang sesuai agar arus kas masa depan bisa dihitung ke nilai saat ini.
Baca juga: Anak Usaha ABMM Pamerkan Produk-produk Solusi Pertambangan
Tingkat diskonto biasanya didasarkan pada cost of capital, yang bisa bervariasi tergantung dari jenis proyek atau investasi.
Untuk proyek yang didanai melalui utang dan ekuitas, metode Weighted Average Cost of Capital (WACC) dapat diterapkan.
Contoh Perhitungan Discounted Cash Flow
Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan membutuhkan investasi awal sebesar Rp 150 juta untuk proyek yang diperkirakan menghasilkan arus kas selama lima tahun.
Pada dua tahun pertama, proyek menghasilkan arus kas Rp 10 juta per tahun, tahun ketiga Rp 15 juta, tahun keempat Rp 25 juta, dan tahun kelima Rp 20 juta ditambah nilai terminal Rp 100 juta.
Dengan asumsi biaya modal 5 persen, berikut perkiraan nilai DCF-nya.
Baca juga: Apa Alasan Prabowo Hapus Kredit Macet UMKM dan Nelayan?
Terkini Lainnya
- PT SMI Salurkan Pinjaman Rp 627,85 Miliar ke Pemkab Gianyar, Separuhnya untuk RSUD Sanjiwani
- Sah, UMP Kalbar 2025 Naik Jadi Rp 2,87 Juta Berlaku 1 Januari
- Mahasiswa Didorong Kuasai "Green Skills" untuk Hadapi Tren "Green Jobs"
- Viral Video Tukar Uang Logam Ditolak, Ini Penjelasan Bank Indonesia
- Info Gaji UMR Jakarta 2025 dan Seluruh Jabodetabek
- Lelang Pesawat Jemaah Haji 2025 Dibuka, Kemenag Pastikan Transparan dan Akuntabel
- Sah, UMP Kalsel 2025 Naik Jadi Rp 3,49 Juta Berlaku 1 Januari
- Pemerintah Indonesia Bisa Tiru Program GETI Inggris untuk Capai 100 Persen EBT pada 2035
- Inovasi Pipa Gas OPLAS Bikin Pertagas Hemat Rp 5,48 Miliar Per Tahun
- Harga Emas Antam 1 Gram Anjlok Rp 17.000, Cek Rincian Per 13 Desember 2024
- ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Stagnan di 5 Persen pada 2025
- Rincian Barang Mewah Kena PPN 12 Persen Belum Juga Rampung, Jadi Diumumkan Pekan ini?
- Pertamina International Shipping Angkut 161 Miliar Liter BBM dan LPG Sepanjang 2024
- Wahana Interfood Resmi Membuka Pabrik Baru Pengolah Biji Kakao Baru di Sumedang
- Cerita Prabowo Agak Canggung Tanyai Bahlil: Anda Lulusan Kampus Mana?
- Kunci Sukses UMKM di Era Digital: Manfaatkan "Marketplace"
- Nasib KFC, Babak Belur karena Covid-19, Makin Sepi Gara-gara Diboikot
- Anak Usaha ABMM Pamerkan Produk-produk Solusi Pertambangan
- Menko Airlangga Teken Kerja Sama "Blue Economy" Indonesia-RRT, Disaksikan Presiden Prabowo dan Xi Jinping
- Apa Alasan Prabowo Hapus Kredit Macet UMKM dan Nelayan?