B40 Bakal Diterapkan, Harga Kelapa Sawit Diperkirakan Naik pada 2025
DENPASAR, - Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) diproyeksi kian meningkat pada 2025.
Hal ini seiring dengan rencana pemerintah menerapkan biodiesel 40 persen (B40), yang berpotensi berdampak terhadap pasokan CPO global.
Pasalnya, penerapan B40 di tengah permasalahan stagnansi produksi CPO akan berdampak terhadap kuota ekspor pengusaha Tanah Air.
Padahal, CPO Indonesia saat ini berkontribusi terhadap 23 persen minyak nabati dunia dan 58 persen produksi CPO dunia.
Baca juga: Jaga Pasokan Sawit, Pakistan Minta RI Pertimbangkan Penerapan B40
"Bila pemerintah Indonesia memaksakan program B40, maka harga minyak nabati seperti CPO dan soya akan mengalami kenaikan setidaknya 10-15 persen untuk memenuhi permintaan bagi sektor pangan maupun lainnya," ujar Executive Director ISTA Mielke Gmbh, Thomas Mielke, dalam IPOC 2024, di Nusa Dua, dikutip Selasa (12/11/2024).
Mielke mengatakan, peningkatan harga akan membuat para produsen biofuel enggan memakai CPO sebagai bahan baku utama.
Sebab, beberapa industri biofuel di Amerika maupun Eropa tengah mengalami tekanan secara kinerja keuangan.
Bahkan, Brasil berniat memundurkan program mandatori biodiesel jika harga terus menanjak.
Menurutnya, kenaikan harga minyak nabati akan dimanfaatkan oleh produsen canola, rapeseed, dan sunflowers untuk memperluas wilayah.
Sementara itu, Director Godrej International Ltd, Dorab Mistry, memperkirakan harga CPO pada semester I-2025 berpotensi menembus level 5.000 ringgit Malaysia per ton.
Peningkatan harga terjadi seiring menurunnya produksi di Indonesia dan Thailand.
"Bila tren kenaikan harga CPO terus berlanjut, akan berdampak pada level kompetitif dengan minyak nabati lainnya," katanya.
Managing Director Glenauk Economics, Julian McGill, bilang, saat ini CPO termasuk dalam minyak nabati premium seperti rapeseed.
Kenaikan harga CPO adalah refleksi dari minimnya ketersediaan di pasar.
“Perlambatan pertumbuhan lahan perkebunan menyebabkan pasokan minyak sawit menjadi stagnan. Lihat, ekspor minyak sawit mencapai puncaknya pada 2019 dan tidak pernah kembali ke level tersebut,” ucapnya.
Baca juga: Stagnansi Produksi CPO Indonesia di Tengah Rencana B40
Terkini Lainnya
- Zulhas Targetkan RI Tak Impor Garam Industri pada 2027
- Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Bank Mandiri Genjot KUR untuk Sektor Pangan
- Khawatirkan Tingginya Suku Bunga AS, Ini Antisipasi Pemerintah Indonesia
- Bank Emas Pertama RI Ditarget Beroperasi pada Semester I 2025
- Perkara Fundamental Sebelum Mendirikan Superholding BUMN
- Waspada Modus Penipuan Kartu Fisik DANA, Begini Langkah Aman yang Harus Dilakukan
- Menpan-RB Beri Isyarat CPNS Kembali Digelar pada 2025
- Menpan-RB Ungkap Banyak Oknum ASN Terlibat Judol dan Pinjol
- Cara Tarik Tunai DANA di Indomaret
- Menpan-RB Tunggu Arahan Prabowo soal Pemindahan ASN ke IKN
- 2 Cara Tarik Tunai BCA Tanpa Kartu di Indomaret Modal HP
- Hanggar Baru FL Technics Indonesia di Bali Raih Sertifikasi FAA, Siap Genjot Layanan MRO Internasional
- 2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA di ATM Modal HP Antiribet
- Masa Depan Cerah Investasi Emas: Peluang di Era Ketidakpastian
- Budaya Keselamatan KAI Capai Level Proaktif, Dirut Didiek : Hasil Sinergi Seluruh Elemen
- Analis: Langkah BNI Terbitkan Green Bonds Wujud Komitmen Ekonomi Hijau
- Antisipasi Prediksi Turunnya Produksi Beras di 2030
- Sebut Bandara Bali Utara Sudah Punya Kajian, Menteri PU: Tinggal Nanti Keputusan Pak Prabowo
- Hashim: Pemerintahan Prabowo Siapkan Program 100 Gigawatt Energi Baru
- [POPULER MONEY] Indonesia-China Sepakati Proyek Pendanaan Makan Siang Gratis | Kereta Api yang Sudah Pakai Rangkaian New Generation