pattonfanatic.com

Pembiayaan Pertanian dan Ketahanan Pangan Desa

Sejumlah petani menurunkan karung berisi gabah saat  panen raya di kabupaten Aceh Besar, Aceh, Minggu (3/3/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi potensi produksi beras nasional dari hasil panen raya pada Maret-April 2024 sebanyak 8,46 juta ton dan total dari jumlah beras tersebut cukup besar mampu  untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Lihat Foto

DALAM Raker Komisi V DPR bersama Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto pada 7 November 2024, terbersit success story desa yang menarik dari hasil belanja masalah Mendes.

Di Desa Kembangbelor-Mojokerto, wisata desanya tumbuh dengan dividen BUMDes yang dibagi ke warga sebagai equity holders atas berbagai aset wisata desa dalam BUMDes yang dimiliki.

Menariknya, equity dasar BUMDes tersebut bersumber dari crowdfunding atau dana urungan warga sekaligus sebagai shareholders BUMDes. Warga menerima dividen Rp 1 juta - Rp 2 juta dari kepemilikan sahamnya di BUMDes.

Success story dalam belanja masalah Mendes, sekaligus merefleksikan, adanya secondary layer funding dalam membangun BUMDes sesuai core business desa.

Tak mesti dari penyertaan APBDes, APBD atau APBN, tapi juga dari sumber lain seperti polling fund atau crowd funding, CSR (Corporate Social Responsibility) atau PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) dan investasi.

Dus, creative funding ini telah dilakukan di berbagai negara untuk desanya. Seperti Rang De dan Kiva di India. menggunakan model crowdfunding dan pooling fund untuk menyediakan modal bagi petani kecil dan usaha mikro pertanian.

Melalui platform Rang De dan Kiva, pemerintah India mengumpulkan dana dari berbagai investor kecil, baik domestik maupun internasional, dan menyalurkannya ke petani melalui lembaga keuangan mikro. Pendanaan ini membantu petani mendapatkan modal tanpa beban suku bunga tinggi.

Hal sama juga dilakukan Kenya dengan M-Shwari dan FarmDrive, dan Cropital di Philipina. Dengan berbagai platform pooling fund, mereka mendukung pembiayaan petani kecil yang sulit mengakses kredit perbankan.

Hari ini, India, Philipina adalah negara produsen beras hasil pertanian terbaik.

Lagi-lagi, problem usaha pertanian mikro di desa adalah soal modal untuk seluruh biaya input.

Profil desa Kembangbelor dan success story desa wisatanya, menjadi role model yang akan direplikasi Mendes dalam quick win program Ketahanan pangan desa sebagai salah satu misi dalam Aswa Cita pemerintahan Prabowo.

Dari success story desa Wisata Kembangbelor, mungkin kita perlu belajar dari Muhammad Yunus, ekonom Bangladesh peraih hadiah Nobel pada 2006.

Ia memperkenalkan microfinance dan microcredit melalui Grameen Bank. Membantu para petani desa, perempuan masyarakat marginal dan orang-orang miskin di Bangladesh yang unbankable, mengakses pembiayaan secara Non-Collateral Loan (pinjaman tanpa agunan)

Atas gagasan tersebut, hingga Mei 2006 tercatat 6,67 juta orang peminjam, 97 persennya adalah perempuan.

Grameen Bank saat ini memiliki 2.247 Cabang. Memberikan pelayanan di 72.096 desa, dan mencakup lebih dari 86 persen dari total desa-desa yang ada di Bangladesh. Jumlah pegawainya sebanyak 18.795 orang.

Grameen Bank memiliki nilai kredit sebesar 3 juta dollar AS. Dari total kredit yang telah dikucurkan sebesar 98,85 persen kembali dengan NPL hanya 1,15 persen. Uniknya, seluruh kredit yang dikucurkan dalam bentuk Non-Collateral Loan.

Microcredit dan microfinance adalah produk Grameen Bank yang benar-benar membantu masyarakat kecil di desa.

Microcredit memberikan pinjaman pada segmen usaha perempuan, petani kecil dan kaum miskin tanpa agunan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat