pattonfanatic.com

Harga Bitcoin Mulai Jauhi Level 100.000 Dollar AS

Ilustrasi bitcoin.
Lihat Foto

JAKARTA, - Harga Bitcoin mulai kembali terkoreksi dan menjauhi level psikologis 100.000 dollar AS per keping.

Aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor mengakhiri rally Bitcoin yang terjadi sejak gelaran pemilihan presiden AS 2024 pada 5 November lalu.

Dilansir dari CNBC, pada Selasa (26/11/2024) malam hari, harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu terkoreksi sekitar 2 persen dalam kurun waktu 24 jam ke kisaran 92.277 dollar AS atau setara sekitar Rp 1,47 miliar (asumsi kurs Rp 15.900 per dollar AS).

Bahkan, harga Bitcoin bahkan sempat ambles 6 persen, sebelum akhirnya kembali memangkas pelemahan tersebut.

Baca juga: Harga Bitcoin Menguat 40 Persen sejak Kemenangan Trump di Pilpres AS

Founder Quantum Economics Mati Greenspan mengatakan, Bitcoin menorehkan kinerja yang cemerlang sejak gelaran Pilpres AS 2024 yang memenangkan Donald Trump.

Meskipun demikian, Greenspan menilai, level psikologis 100.000 dollar AS masih akan sulit untuk ditembus.

"Meskipun menembus level tersebut akan menjadi sinyal bullish yang kuat, koreksi sementara mungkin diperlukan untuk mengumpulkan momentum sebelum percobaan selanjutnya," ujar dia, dilansir dari CNBC, Rabu (27/11/2024).

Dengan Bitcoin yang terus-terusan mencetak rekor tertinggi sepanjang November ini, aksi jual yang dilakukan oleh investor jangka panjang pun semakin masif.

Tekanan jual tersebut sejauh ini telah terserap oleh arus masuk ke ETF Bitcoin, yang mengakhiri tren lima hari pada hari Senin dan mencatat arus keluar sebesar 438 juta dollar AS.

Baca juga: Majukan Industri Kripto RI, Bursa Kripto CFX Perkuat Kolaborasi dengan 30 Anggotanya


Para trader pun juga terus melakukan aksi ambil untung di tengah momentum rally Bitcoin yang didorong oleh optimisme pasar terhadap kebijakan Trump yang mendukung aset kripto.

Crypto infrastructure firm BitGo’s Brett Reeves bilang, secara historis, ketika aset kripto mencetak rekor tertinggi, akan terjadi konsolidasi terlebih dahulu, sebelum penguatan lebih lanjut kembali terjadi.

"Kita tahu uang institusi baru mulai masuk dan aktivitas ritel kembali meningkat, keduanya melalui ETFs dan transaksi langsung," kata dia.

"Dengan prospek makro dan kebijakan yang positif, kami bisa melihat kenaikan harga dalam waktu dekat," sambungnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat