Pasang Surut Mobil Nasional
INDUSTRI otomotif nasional Indonesia telah melalui perjalanan panjang dalam upaya mencapai kemandirian melalui program Mobil Nasional (Mobnas).
Meskipun berbagai tantangan dihadapi, dengan dukungan pemerintah dan strategi tepat, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri otomotif berkelanjutan dan kompetitif.
Sejak era 1970-an, Indonesia berupaya menciptakan Mobnas sebagai simbol kemandirian dan kebanggaan nasional.
Proyek-proyek seperti Toyota Kijang, Timor, Bimantara, dan Esemka mencerminkan semangat nasionalisme dan keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Namun, perjalanan ini penuh tantangan, termasuk ketergantungan pada komponen impor, kurangnya dukungan berkelanjutan, serta tekanan dari pasar global.
Pada sisi lain, negara tetangga kita, Malaysia berhasil mengembangkan Proton sebagai Mobnas sejak 1985, dengan dukungan kuat dari pemerintah melalui proteksi pasar dan investasi dalam riset serta pengembangan teknologi.
Proton mampu beradaptasi dengan tren pasar otomotif global, termasuk pengembangan kendaraan ramah lingkungan.
Sebaliknya, proyek Mobnas Indonesia lebih terfokus pada perakitan dengan komponen impor dan kurang adanya strategi pengembangan teknologi lokal.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya kesenjangan dalam kesiapan industri serta dukungan pemerintah yang kurang berkelanjutan.
"Theory of Goal Setting", yang dikembangkan oleh Locke dan Latham pada 1984 dalam bukunya berjudul Goal Setting: A Motivational Technique That Works, menekankan bahwa tujuan spesifik dan menantang dapat memotivasi individu dan organisasi untuk mencapai kinerja optimal.
Dalam konteks Mobnas, tujuan ini mencakup pengurangan ketergantungan pada impor, peningkatan inovasi, dan keberlanjutan.
Sejarah Panjang Mobnas
Upaya Indonesia untuk memiliki Mobnas dimulai sejak era 1970-an. Proyek pertama adalah Toyota Kijang pada 1976, hasil kerja sama dengan Toyota Jepang, yang dirakit di dalam negeri dan menjadi ikon mobil keluarga Indonesia.
Pada 1990-an, muncul proyek Timor, hasil kerja sama dengan KIA Motors Korea Selatan, yang dipasarkan sebagai Mobnas dengan harga terjangkau.
Namun, proyek ini terhenti akibat krisis ekonomi 1997-1998 dan tekanan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menilai program ini melanggar prinsip perdagangan bebas.
Selain itu, ada proyek Bimantara yang bekerja sama dengan Hyundai, tapi mengalami nasib serupa.
Terkini Lainnya
- Banggar DPR Setujui Tambahan Anggaran Rp 5 Triliun untuk 7 Kemenko
- PMI Manufaktur Kontraksi 5 Bulan Berturut-turut, Kemenperin: Kami Tidak Heran...
- Emisi Gas Rumah Kaca Industri Terus Naik, Menperin: Penggunaan Energi Penyumbang Terbanyak
- Mentan Hentikan Sementara Impor Daging Domba, Ini Alasannya
- Inflasi November 2024 0,30 Persen karena Bawang Merah dan Tomat
- Catat, Ini Harga Pertamax di Pertashop dan SPBU Pertamina Se-Indonesia pada Desember 2024
- Serial TV Termahal di Dunia dengan Anggaran Fantastis, Rp 6,33 Triliun Per Musim
- Turun Rp 5.000 Per Gram, Cek Harga Emas Antam 2 Desember 2024
- KAI Group Siapkan 44,7 Juta Tempat Duduk untuk Libur Nataru 2024/2025
- TransNusa Turunkan Harga Tiket Pesawat untuk Liburan Nataru
- Tips Mengenali Lowongan Kerja Palsu dan Cara Menghindarinya
- 3 Fitur Canggih DANA yang Cocok buat Anak Muda Aktif
- Link dan Cara Daftar Barcode Pertamina untuk Beli Pertalite
- Harga Tiket Pesawat Turun 10 Persen, Pengamat: Perlu Kajian Lebih Dalam Untuk Keselamatan
- Harga Emas Terbaru Hari Ini 2 Desember 2024 di Pegadaian
- IHSG Sepekan Turun 1,13 Persen, Kapitalisasi Pasar Jadi Rp 7.114 Triliun
- Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun dari Rp 15.000 Jadi Rp 10.000 per Porsi
- Tiket Kereta Libur Nataru Masih Tersedia, Ini 10 Rute Favorit
- Link Kisi-kisi SKB CPNS Kemenag 2024 untuk Setiap Formasi
- OJK Buka Lowongan Kerja PCS dan PCT, Ini Syarat dan Link-nya