pattonfanatic.com

Emisi Gas Rumah Kaca Industri Terus Naik, Menperin: Penggunaan Energi Penyumbang Terbanyak

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmitasaat jumpa pers di Jakarta, Senin (25/11/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari kawasan industri  terus naik.

Berdasarkan data yang dihimpun Kemenperin, total emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor industri Indonesia mencapai 238,1 juta ton CO2e (setara karbon dioksida) pada 2022.

Angka tersebut meningkat dari 2021 yang sebesar 222,9 juta ton CO2e.

"Berdasarkan komponennya, penggunaan energi industri menyumbang emisi paling banyak, yakni 152,2 juta ton CO2e atau 64 persen dari total emisi GRK industri. Angka ini meningkat signifikan dari 2021 sebesar 125,1 juta ton CO2e," ujar Agus Gumiwang saat memberikan paparan pada rapat kerja percepatan pengembangan kawasan PSN di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (2/12/2024).

Baca juga: Inisiatif Berkelanjutan Tingkatkan Efisiensi dan Kurangi Emisi CO2 di Industri Semen

Merujuk kondisi itu, pengembangan industri yang berwawasan lingkungan menjadi syarat utama untuk mewujudkan pembangunan industri rendah karbon.

Oleh karenanya lanjut Menteri Agus, diperlukan upaya dekarbonisasi atau pengurangan emisi GRK di sektor industri, terutama emisi gas karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.

Ia pun menyebut, Kemenperin sebagai pembina industri dan kawasan industri memiliki kewenangan dalam penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan industri dan kawasan industri, terutama yang berkaitan dengan upaya dekarbonisasi dan pengurangan emisi GRK di sektor industri.

Kemenperin sendiri sudah menyusun Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang penurunan emisi gas buang industri.

"Hal tersebut memerlukan dukungan penuh dari seluruh Perusahaan Pengelola Kawasan Industri untuk dapat turut serta dalam menurunkan jumlah emisi karbon demi mencapai target net zero emission sebelum tahun 2050," kata Agus.

Ia menambahkan, kebijakan pengembangan kawasan industri di Indonesia telah memasuki generasi Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan.

Sesuai dengan Pasal 79 pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2024 tentang Perwilayahan Industri, dijelaskan bahwa dalam penerapan kawasan industri yang berwawasan lingkungan harus memperhatikan aspek manajemen kawasan, aspek sosial, aspek ekonomi, dan tentunya aspek pengelolaan lingkungan.

Diberitakan sebelumnya, ilmuwan iklim dalam sebuah studi barunya mengungkapkan bahwa bumi dapat mengalami peristiwa El Nino ekstrem yang lebih sering terjadi pada tahun 2050 jika emisi gas rumah kaca terus meningkat.

Pola iklim yang dikenal sebagai El Nino ini menjadi penyebab utama panas, banjir, dan kekeringan.

"Sangat menakutkan bahwa 2050 sudah dekat. Jika peristiwa ekstrem ini menjadi lebih sering terjadi, masyarakat mungkin tidak memiliki cukup waktu untuk pulih, membangun kembali, dan beradaptasi sebelum El Nino berikutnya melanda. Konsekuensinya akan sangat dahsyat," ungkap Pedro DiNezio, salah satu penulis utama studi dari University of Colorado Boulder.

Baca juga: Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri November 2024 Naik

Mengutip laman resmi University of Colorado Boulder, Selasa (1/10/2024), El Nino terjadi ketika suhu air di sepanjang ekuator di Samudra Pasifik naik di atas rata-rata untuk jangka waktu yang lama.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat