Menyiasati Beban Utang dan Birokrasi di Balik Anggaran Jumbo
![Presiden Prabowo Subianto saat menemui PM Inggris Keir Starmer di Downing Street, London, Inggris, Kamis (21/11/2024).](https://asset.kompas.com/crops/vQThFWBuj3QgySdMbEN71vckiHk=/0x0:0x0/1200x800/data/photo/2024/11/22/673fc8e58936f.jpg)
PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto menghadapi tantangan berat dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025.
Dengan total belanja negara mencapai Rp 3.621,3 triliun, APBN ini mencerminkan ambisi besar untuk mempercepat pembangunan nasional melalui investasi pada sektor-sektor prioritas seperti pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan perlindungan sosial.
Namun, di balik peluang besar ini, kebijakan anggaran jumbo juga membawa tantangan signifikan, mulai dari risiko pembengkakan utang, inefisiensi birokrasi, hingga ancaman korupsi yang dapat menghambat tujuan utama, yaitu kemaslahatan rakyat.
Penambahan kementerian
Salah satu langkah strategis dalam APBN 2025 adalah penambahan jumlah kementerian dari 34 menjadi 44-46. Langkah ini untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program pemerintah.
Misalnya, kementerian baru diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks di bidang pendidikan, ekonomi digital, dan infrastruktur.
Namun, kebijakan ini tidak lepas dari kritik. Penambahan kementerian diperkirakan menambah belanja barang dan jasa hingga Rp 342 miliar pada 2025, setara 31 persen total belanja pemerintah pusat.
Pakar transparansi anggaran, Misbah Hasan, memperingatkan bahwa struktur kabinet yang lebih besar berisiko menciptakan tumpang tindih fungsi antarlembaga. Hal ini dapat menurunkan efisiensi, terutama jika tidak ada koordinasi yang kuat.
Selain itu, kabinet yang besar dapat meningkatkan ego sektoral, memperumit penyelarasan visi presiden dengan para menteri.
Meskipun demikian, dengan pengelolaan yang baik, kebijakan ini bisa memberikan dampak positif. Pemerintah harus memastikan bahwa fungsi-fungsi kementerian yang baru tidak hanya memperbesar struktur, tetapi juga menghasilkan program yang memberikan manfaat nyata bagi rakyat.
Dalam APBN 2025, pemerintah menunjukkan komitmen terhadap program-program prioritas nasional. Beberapa alokasi terbesar adalah:
- Pendidikan: Rp 722,6 triliun dialokasikan untuk meningkatkan gizi anak sekolah, renovasi sekolah, serta pengembangan perguruan tinggi kelas dunia.
- Perlindungan sosial: Rp 504,7 triliun untuk mengurangi beban masyarakat miskin dan rentan, sekaligus mempercepat pengentasan kemiskinan.
- Kesehatan: Rp 197,8 triliun untuk penanganan stunting, pengendalian penyakit menular, serta penyediaan layanan kesehatan gratis.
- Ketahanan pangan: Rp 124,4 triliun untuk mendukung swasembada pangan, meningkatkan produktivitas pertanian, dan memperbaiki rantai distribusi pangan.
Program-program ini sangat penting dalam mendukung pembangunan inklusif. Namun, tanpa pengawasan ketat, risiko penyalahgunaan anggaran dapat terjadi.
Oleh karena itu, langkah-langkah strategis diperlukan untuk memastikan bahwa setiap rupiah dari belanja negara digunakan secara efektif dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
Dampak utang terhadap ekonomi dan rakyat
Untuk menutup defisit anggaran sebesar Rp 616 triliun, pemerintah berencana menarik utang baru hingga Rp 775,9 triliun. Utang ini terdiri dari pinjaman luar negeri dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
Meskipun utang adalah bagian tak terpisahkan dari pembangunan, meningkatnya beban fiskal akibat pembayaran bunga dan pokok utang menjadi perhatian serius.
IMF memperingatkan bahwa tanpa pengelolaan hati-hati, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dapat meningkat hingga 41 persen pada 2029.
Terkini Lainnya
- Pemerintah Diminta Lindungi Industri Kretek, Apa Sebabnya?
- Luhut Yakin Coretax Dongkrak Penerimaan Pajak hingga Rp 1.500 Triliun
- Kemenperin Ungkap Penjualan Otomotif Turun, Kenapa?
- 9 Tips Mengelola Uang dan Investasi dari Warren Buffett
- Trinitan Targetkan Produksi 3.200 Ton MHP Nikel pada 2025
- Jangan Sampai Salah, Ini Ciri-Cri Pangkalan Elpiji 3 Kg yang Resmi
- Great Eastern Life Gandeng OCBC Hadirkan Asuransi Jiwa dalam Dollar AS
- Jadwal SBN 2025, Catat Masa Penawarannya
- Kerap Bermasalah, Command Center Coretax Disambangi Luhut dan Sri Mulyani
- Tak Ada Tindakan dari Pemilik dalam 20 Hari, KKP Bakal Bongkar Pagar Laut di Tangerang
- Unilever Indonesia Perkenalkan Jajaran Direksi Baru, Simak Profilnya
- Pemegang Saham Unilever Setujui Penjualan Bisnis Es Krim dan Perubahan Direksi
- Dapat Tekanan dari Presiden dan Mentan, Zulhas Desak Bulog Serap Gabah Petani
- Jadwal KA BIAS Solo-Madiun (PP) Terbaru Tahun 2025
- KKP: Belum Ada yang Mengaku Pemilik Pagar Laut Tangerang
- Sun Life Salurkan Bantuan untuk Air Bersih dan Pemulihan Korban Erupsi Gunung Lewotobi
- Kemenaker Gandeng UI Susun Kebijakan Keberlanjutan untuk Industri Sawit
- Harga Emas Antam Hari Ini 5 Desember 2024 Melonjak Rp 9.000 Per Gram
- Simak Daftar Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri sampai BNI
- Prabowo Sebut "Orang Kecil" Main Saham Pasti Kalah, Ini Tanggapan Bursa Efek