Fenomena Makan Tabungan Masih Berlanjut, Tabungan Masyarakat di Bank Turun ke Level Terendah
JAKARTA, - Fenomena makan tabungan (mantab) masih berlanjut hingga pengujung 2024.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh data yang menunjukkan nilai rata-rata simpanan nasabah rumah tangga di bank yang kian menyusut.
Berdasarkan data Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) Bank Indonesia (BI), nilai rata-rata tabungan nasabah rumah tangga RI sebesar Rp 4,19 juta pada Oktober 2024.
Nilai itu didapat dengan total nilai simpanan nasabah rumah tangga di bank yang mencapai Rp 2.450,25 triliun dan jumlah rekening mencapai 585 juta. Nilai tabungan tersebut menjadi yang terendah sepanjang 2024.
Baca juga: Soal Fenomena Makan Tabungan, Bos LPS: Tidak Seburuk yang Digembar-gemborkan...
Tercatat pada Januari, nilai rata-rata simpanan nasabah rumah tangga sebesar Rp 4,3 juta, Februari sebesar Rp 4,26 juta, Maret sebesar Rp 4,21 juta, April sebesar Rp 4,29 juta, Juni sebesar Rp 4,29 juta, Juli sebesar Rp 4,28 juta, Agustus sebesar Rp 4,22 juta, dan September sebesar Rp 4,23 juta.
Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai, data teranyar bank sentral itu mengonfirmasi fenomena makan tabungan yang masih berlanjut.
Masyarakat masih terpaksa untuk mengandalkan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
"Memang penurunan DPK ini merupakan salah satu indikasi kuat terkait fenomena di mana masyarakat menggunakan tabungan mereka untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya kepada , Senin (9/12/2024).
"Memang penurunan DPK ini merupakan salah satu indikasi kuat terkait fenomena di mana masyarakat menggunakan tabungan mereka untuk kebutuhan sehari-hari," sambungnya.
Lebih lanjut, Yusuf bilang, berlanjutnya fenomena makan tabungan tidak terlepas dari rendahnya pertumbuhan upah riil pekerja.
Ia menyebutkan, pertumbuhan upah riil terutama pada lima sektor utama yang menyerap sekitar 75 persen tenaga kerja mengalami penurunan, terutama di periode 2024 jika dibandingkan dengan kondisi pra-pandemi di 2019.
Di sisi lain, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat kembali meningkat, ditandai dengan indeks harga konsumen (IHK) yang mengalami inflasi.
Tercatat pada Oktober 2024, terjadi inflasi sebesar 1,71 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,08 persen.
"Memang kalau kita perhatikan di bulan Oktober telah terjadi inflasi, di mana kita ketahui bersama bahwa inflasi ini terjadi setelah beberapa bulan sebelumnya perekonomian mengalami deflasi," tutur Yusuf.
Baca juga: Kelas Menengah Indonesia Masih Makan Tabungan...
Pernyataan senada disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira.
Terkini Lainnya
- [POPULER MONEY] Deretan Bisnis Widiyanti Putri, Menteri Prabowo Terkaya | Korban PHK di Jakarta Tembus 17.085 Orang Sepanjang 2024
- Terbesar Kedua di RI, PLTA Jatigede Tekan Emisi Karbon 415.800 Ton Per Tahun
- Banjir Grobogan Ganggu Perjalanan Kereta, KAI Kembalikan 100 Persen Tiket Pelanggan
- BNI Bidik Pertumbuhan Kredit 10 Persen
- Kinerja Saham Perbankan Diprediksi Masih Kuat Tahun Ini, Apa Penopangnya?
- Gandeng SMBC, Sucorinvest Asset Management Perluas Jangkauan Produk Reksa Dana
- Wamenkop Dorong Koperasi Perikanan Jadi Pemasok Makan Bergizi Gratis
- KKP: Pembongkaran Pagar Laut Tangerang Sudah Capai 5 Kilometer
- Strategi Indonesia di BRICS: Peluang Perdagangan hingga Gugatan Standar Internasional
- Holding BUMN Danareksa Dukung Pariwisata Nasional lewat Revitalisasi
- Didenda Rp 202,5 Miliar oleh KPPU, Google Akan Banding
- Tahun Ini Pemerintah Akan Impor 180.000 Ton Daging Sapi dan 100.000 Ton Daging Kerbau
- 10 Provinsi dengan Jumlah PHK Terbanyak 2024
- Titiek Soeharto soal Pagar Laut: Yang Mengkavling-kavling Laut Tanpa Izin, Segera Ditertibkan
- BSI Dapat Alokasi KUR Syariah Rp 17 Triliun pada Tahun Ini
- Ojol Dapat BBM Subsidi, Pertamina Tunggu Arahan Pemerintah
- Simak, Berikut Kompensasi Keterlambatan yang Menjadi Hak Penumpang Kereta Api
- Jajaran Direksi Borong Saham MARK
- Cara Membuka Rekening Saham: Langkah Awal Berinvestasi di Pasar Modal
- Menko Airlangga Usulkan BRI dan BSI Jadi Bullion Bank