Krakatau Steel Buka Peluang IPO Anak Usaha
JAKARTA, - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membuka peluang untuk anak usahanya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar mengatakan, perseroan mengkaji rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) anak usaha untuk meningkatkan kinerja keuangan.
"Upaya-upaya yang dilakukan Krakatau Steel Group mengarah kepada peningkatan kinerja secara konsolidasi, sehingga potensi IPO di anak perusahaan pun akan kami kaji untuk memberikan nilai tambah bagi kinerja Krakatau Steel dan anak perusahaan," ujarnya dalam paparan publik secara daring, Senin (30/12/2024).
Baca juga: Erick Thohir Angkat Muhamad Akbar Jadi Dirut Krakatau Steel
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel Tardi mengatakan, peluang IPO dapat dilakukan dalam rangka penyelesaian utang perusahaan, yang diupayakan bisa rampung pada 2025.
Salah satunya, utang tranche B senilai 234 juta dollar AS yang rencananya bakal diselesaikan melalui fundraising aset-aset nonproduktiv dan divestasi anak perusahaan.
Dalam divestasi tersebut, maka terbuka peluang melakukan IPO pada anak usaha.
"Di dalam divestasi anak perusahaan itu terbuka kemungkinannya untuk kita coba eksplor tentang apakah mekanismenya melalui IPO atau melalui financial strategic lainnya," ucap Tardi.
Di sisi lain, dalam upaya memperbaiki kinerja melalui restrukturisasi utang, Krakatau Steel saat ini sedang memproses persetujuan dari 10 kreditur yang ada.
Menurut Tardi, sebagian kreditur sudah menyetujui proposal restrukturisasi yang diajukan perusahaan.
"Memang ada beberapa kreditur yang belum menyetujui. Tapi kami punya keyakinan dengan rencana kerja yang lebih jelas, dengan prospek yang lebih baik, kami mengharapkan restrukturisasi utang itu akan bisa kami conclude di kuartal I-2025," paparnya.
Untuk diketahui, ada tiga pembagian pelunasan utang yang akan dilakukan Krakatau Steel dengan total nilai 1,5 miliar dollar AS, dan sedang menunggu persetujuan kreditur.
Pertama, utang tranche A dengan nilai 171 juta dollar AS yang rencananya akan diselesaikan melalui optimalisasi kinerja operasional bisnis baja, termasuk kerja sama strategis.
Kedua, utang tranche B dengan nilai outstanding 234 juta dollar AS yang rencana penyelesaiannya melalui optimalisasi aset perseroan dan divestasi anak usaha.
Ketiga, utang tranche C dengan nilai 1,1 miliar dollar AS yang rencananya diselesaikan melalui pemanfaatan pertumbuhan anak usaha secara jangka panjang.
Baca juga: AHY Minta Krakatau Steel Wujudkan Kemandirian Baja Infrastruktur Nasional
Terkini Lainnya
- Bulog Ditargetkan Serap 3 Juta Ton Beras Petani Tahun Ini
- IHSG Sentuh Level 7.100-an, Rupiah Lesu
- BRI: Penurunan BI Rate Dukung Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
- KAI: Balai Yasa Manggarai Modifikasi 72 Kereta New Generation
- Zona Ekonomi Khusus Malaysia-Singapura, Peluang atau Tantangan bagi Indonesia?
- Bukalapak Bakal Beri Kompensasi untuk Karyawan Terdampak Restrukturisasi Sesuai Aturan
- Cara Jual Minyak Jelantah ke Pertamina, Harga Rp 6.000 Per Liter
- Anindya Bakrie Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum Kadin Indonesia 2024-2029
- 10 Perjalanan Kereta Api dengan Volume Tertinggi Selama 2024
- Kebijakan Proteksionisme Trump, Ancaman bagi Ekonomi Indonesia
- Anindya Bakrie-Arsjad Rasjid "Salam Komando" Jelang Munas Konsolidasi Kadin
- Apa Itu Suku Bunga Acuan BI? Simak Pengertian dan Pengaruhnya
- Ekspor Produk Baja ke Selandia Baru, Mendag: Indonesia Punya Peluang Jadi Pemain Utama
- Lowongan Kerja Pegadaian untuk S1, Pendaftaran hingga 19 Januari 2025
- Gaji UMR Tangerang Selatan 2025, Rangking ke-11 Tertinggi di RI
- Anindya Bakrie Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum Kadin Indonesia 2024-2029
- Pendaftaran PPPK Tahap 2 Diperpanjang Lagi sampai 20 Januari, Ini Kata BKN
- Minta Pemesan JCC Koordinasi, Pengelola GBK: Hindari Implikasi Hukum
- Nasib iPhone 16, Kemenperin: Kami Undang Petinggi Apple Enggak Pernah Nongol...
- Pembukaan Perdagangan BEI pada 2025, Tanggal 2 atau 3 Januari? Simak Rinciannya
- Mengapa Kemenkeu Belum Juga Menerbitkan Aturan Barang dan Jasa Mewah Kena PPN 12 Persen?
- IHSG Akhiri 2024 di Zona Hijau, Simak Saham-saham Penopangnya