Imbas Emas Naik, Harga Barang Mewah Ini Kian Melambung
JAKARTA, - Harga emas yang terus melonjak ternyata berdampak juga pada kenaikan harga barang lain, termasuk jam tangan.
Jam tangan Rolex, yang memang dikenal sebagai jam kelas atas menjadi semakin mahal tahun ini karena melonjaknya harga emas.
Harga beberapa jam tangan emas perusahaan Swiss melonjak hingga 14 persen pada 2025. Di sisi lain, jam tangan dengan bahan besi baja hanya mengalami kenaikan rata-rata 3 persen.
Baca juga: Tahun Baru, Harga Emas Dunia Capai Level Tertinggi dalam Dua Minggu
Salah satu model Rolex yang paling populer, Daytona, mengalami kenaikan harga terbesar. Misalnya, versi emas putih dengan gelang OysterFlex memiliki harga yang disarankan sebesar 38.100 dollar AS.
Harga tersebut setara dengan Rp 617,23 juta dalam kurs Rp 16.200 per dollar AS.
Padahal pada tahun lalu, harga jam tangan ini masih dibanderol 35.000 dollar AS.
Sementara itu, model jam tangan lainnya yakni GMT-Master dalam emas kuning, dibanderol dengan harga 43.300 dollar AS di situs web Rolex, atau mengalami kenaikan hampir 7 persen.
Dikutip dari CNN, Rolex menolak berkomentar, tetapi pembuat jam tangan mewah itu setiap tahun menaikkan harga, dengan kenaikan harga emas sebagian besar bertanggung jawab atas kenaikan harga jam tangan emas dua kali pada 2024.
Sebagai catatan, harga emas melonjak 27 persen tahun lalu karena bank sentral di seluruh dunia memangkas suku bunga.
Investor sering melihat emas sebagai tempat berlindung yang aman di saat terjadi gejolak ekonomi dan inflasi, dan ketika suku bunga dipotong, emas bisa menjadi lebih menarik daripada aset yang menghasilkan pendapatan seperti obligasi.
Baca juga: Harga Emas Dunia Sentuh Level Termahal Sepanjang Masa, Kian Dekati 3.000 Dollar AS Per Ons
Namun, jangan berharap harga yang lebih tinggi akan membuat pembeli dan kolektor jam tangan menjauh. Kenaikan harga tidak menyebabkan hilangnya pelanggan secara signifikan, tetapi justru menjadi strategi utama.
Di sisi lain, harga emas diperkirakan tidak akan turun pada 2025, dengan meningkatnya nilai dolar AS dan suku bunga yang lebih rendah.
Sebaliknya, sentimen pasar secara keseluruhan menunjukkan dukungan berkelanjutan untuk harga emas, terutama karena investor berusaha menyeimbangkan portofolio mereka terhadap berbagai risiko ekonomi dan politik.
Terkini Lainnya
- 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini 6 Catatan dari Ekonom
- 100 Hari Prabowo-Gibran: Ini 3 Kebijakan Ekonomi yang Dongkrak Kepuasan Publik hingga 74,5 Persen
- Fakta Bandara Ngurah Rai Cetak Sejarah, Dari Layani Pesawat Jumbo hingga Jadi Bandara Tersibuk
- 3 Menteri Ekonomi yang Memiliki Citra Positif Selama 100 Hari Prabowo-Gibran
- [POPULER MONEY] Deretan Bisnis Widiyanti Putri, Menteri Prabowo Terkaya | Korban PHK di Jakarta Tembus 17.085 Orang Sepanjang 2024
- Terbesar Kedua di RI, PLTA Jatigede Tekan Emisi Karbon 415.800 Ton Per Tahun
- Banjir Grobogan Ganggu Perjalanan Kereta, KAI Kembalikan 100 Persen Tiket Pelanggan
- BNI Bidik Pertumbuhan Kredit 10 Persen
- Kinerja Saham Perbankan Diprediksi Masih Kuat Tahun Ini, Apa Penopangnya?
- Gandeng SMBC, Sucorinvest Asset Management Perluas Jangkauan Produk Reksa Dana
- Wamenkop Dorong Koperasi Perikanan Jadi Pemasok Makan Bergizi Gratis
- KKP: Pembongkaran Pagar Laut Tangerang Sudah Capai 5 Kilometer
- Strategi Indonesia di BRICS: Peluang Perdagangan hingga Gugatan Standar Internasional
- Holding BUMN Danareksa Dukung Pariwisata Nasional lewat Revitalisasi
- Didenda Rp 202,5 Miliar oleh KPPU, Google Akan Banding
- Diskon Tambah Daya Listrik 50 Persen, Ini Cara Mendapatkannya
- Dimulai Senin, 3 Juta Siswa Dapat Makan Bergizi Gratis Senilai Rp 10.000 Tiap Hari
- Kadin Dukung Pengembalian Kelebihan PPN 1 Persen ke Konsumen
- Apa Kata Bank BUMN soal Penghapusan Utang UMKM yang Segera Berlaku?
- Creador Akuisisi Mayoritas Saham MG Group, Siap Perkuat Bisnis Perhotelan di Asia Tenggara