Inflasi Terendah sejak 1958, Baik atau Buruk?
BADAN Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis tingkat inflasi tahunan Indonesia tahun 2024 sebesar 1,57 persen.
Inflasi tersebut dikatakan oleh Kepala Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini merupakan inflasi terendah Indonesia sejak perhitungan inflasi pertama kali dilakukan pada 1958 (Kompas, 3/1/2025).
Pertanyaannya kemudian apakah hal tersebut merupakan sesuatu yang baik? Jawabannya adalah baik.
Pertama, inflasi tersebut masih dalam kisaran target yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah pada 2024, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen atau antara 1,5 persen sampai 3,5 persen.
Artinya pemerintah, Bank Indonesia, dan pemangku kepentingan yang lain telah berhasil mencapai target. Ini berarti kredibilitas lembaga yang menetapkan target, yaitu BI dan Pemerintah bisa dipertahankan.
Kedua, inflasi yang rendah tersebut diikuti inflasi atau kenaikan harga komoditas yang bergejolak (volatile foods), yaitu komoditas pangan sebesar 0,12 persen yang jauh lebih rendah dibanding angka di 2023 sebesar 6,73 persen.
Komoditas pangan ini sangat penting untuk pemenuhan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan harga yang sangat rendah dari komoditas pangan sangat membantu bagi masyarakat.
Ketiga, inflasi tahunan 2024 yang rendah juga patut disyukuri karena di tiga bulan terakhir tahun 2024, yaitu Oktober, November, dan Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,08 persen, 0,30 persen, dan 0,44 persen setelah empat bulan berturut-turut sebelumnya terjadi deflasi.
Deflasi merupakan indikator melemahnya daya beli masyarakat. Deflasi empat bulan berturut-turut sebelumnya adalah bulan Mei 2024 sebesar - 0,03 persen, Juni 2024 sebesar - 0,08 persen, Juli 2024 sebesar - 0,18 persen, dan Agustus sebesar - 0,03 persen.
Artinya daya beli masyarakat sudah sedikit pulih dengan terjadinya inflasi yang rendah. Peningkatan daya beli ini karena berbagai bantuan sosial serta harga pangan yang stabil, ditunjukkan dengan kenaikan harga yang relatif sangat rendah.
Keempat, dari sisi produksi atau penawaran ampaknya sudah ada kenaikan produksi atau penawaran yang ditunjukkan angka Purchasing Manager Index (PMI) yang mulai menunjukkan angka ekspansi.
Angka PMI adalah antara 0 (nol) sampai 100 (seratus). Jika angka PMI di bawah 50, maka menunjukkan produksi industri manufaktur mengalami pengurangan produksi.
Sedangkan jika angkanya di atas 50, maka menunjukkan sektor industri manufaktur mengalami ekspansi atau peningkatan produksi.
Angka PMI Indonesia pada Desember 2024 lalu sudah berada di tingkat 51,2. Artinya, sudah ada kenaikan produksi atau ekspansi di industri manufaktur Indonesia.
Kenaikan produksi atau ekspansi sektor industri manufaktur di Desember 2024 merupakan wujud atau bukti optimisme pelaku industri manufaktur terhadap kenaikan permintaan masyarakat.
Kenaikan permintaan masyarakat ini yang menyebabkan terjadinya inflasi ringan yang masih ada di kisaran target.
Kenaikan PMI di Desember 2024 yang sudah mencapai tingkat lebih dari 50 juga sesuatu yang menggembirakan. Pasalnya, lima bulan berturut-turut sebelumnya (Juli sampai November 2024) PMI Indonesia di bawah angka 50, yaitu Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November (49,6).
PMI di bawah angka 50 artinya terjadi kontraksi atau pengurangan produksi di sektor industri manufaktur Indonesia yang sering disebut sebagai gejala deindustrialisasi.
Terkini Lainnya
- Menteri Rosan: Hilirisasi Ciptakan Lapangan Kerja Berkualitas
- Maruarar Ungkap di IKN Banyak Groundbreaking tapi Pembangunan Sedikit
- Menag Nasaruddin Umar Tak Lagi Jadi Komisaris Independen Semen Indonesia
- Perkuat Layanan Bagi PMI, Mandiri Remittance Bakal Luncurkan "Mandiri Remit"
- Riset Core: Ancaman Tarif Trump Bakal Tingkatkan Ekspor ke Indonesia
- BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D4-S1, Simak Kualifikasinya
- Nelayan yang Mengaku Pasang Pagar Laut di Perairan Tangerang Diperiksa
- Aturan Devisa Hasil Ekspor SDA 100 Persen Selama Setahun Berlaku 1 Maret 2025
- Sertifikat HGB Pagar Laut di Tangerang Terbit Tahun 2023
- KKP Terjunkan 400 Personil dan 9 Kapal untuk Bongkar Pagar Laut Tangerang Besok
- Profil CEO TikTok Shou Zi Chew, Pernah Magang di Facebook dan Jadi Bankir
- Pemerintah Gratiskan PBG, BPHTB, dan PPN untuk Rumah Rakyat
- Pasar Kripto Diprediksi Capai Rp 150 Kuadriliun pada 2025, Didukung Kebijakan Pro-Bisnis AS
- Tren Produk "Paylater" dan Pindar 2025 Menurut OJK, Seperti Apa?
- BNI Jalin Kerja Sama Sponsor dengan PBSI, Dukung Pengembangan Atlet
- Cara Mudah Cek Tagihan Listrik untuk Pelanggan Pascabayar
- Cara Menghitung PPN dan PPnBM pada Barang Mewah
- KAI Ingatkan Aturan Bagasi di Tengah Lonjakan Penumpang Libur Nataru
- Apa Itu Dollar Cost Averaging: Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya
- BRI Buka Lowongan Kerja hingga 28 Februari 2025, Simak Kualifikasinya