Mata Uang Asia Anjlok ke Level Terendah dalam Dua Dekade, Apa Sebabnya?
SINGAPURA, - Mata uang Asia anjlok ke level terendah dalam dua dekade pada Senin (6/1/2025).
Pelemahan ini lantaran dollar AS tetap menguat karena pertumbuhan yang kuat di AS dan janji kenaikan tarif oleh presiden terpilih Donald Trump.
Dikutip dari The Business Times, Indeks Dollar Asia Bloomberg merosot ke level terendah 89,0409 pada hari ini. Itu merupakan level terendah dalam data sejak tahun 2006.
Baca juga: Indeks Saham dan Nilai Tukar Mata Uang Korsel Anjlok Imbas Gejolak Politik
Mata uang Asia tertekan oleh penguatan dollar AS karena nada hati-hati pejabat bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) terkait euku bunga dan taruhan investor bahwa tarif yang diterapkan Trump dapat menyebabkan tekanan inflasi.
Bank sentral Asia kemungkinan akan menanggapi proteksionisme tersebut dengan membiarkan nilai tukar mereka terdepresiasi secara terkendali, kata Tan.
Nilai tukar won Korea Selatan jatuh ke level terendah dalam 15 tahun terakhir pada Desember 2024, sementara nilai tukar rupee India juga merosot ke rekor terendah.
Mata uang Asia lainnya seperti rupiah, ringgit, dan baht masih jauh dari level terendah sepanjang masa, yang terlihat selama Krisis Keuangan Asia 1998, tetapi baru-baru ini juga jatuh terhadap dollar AS.
Baca juga: Bank Mandiri Perluas Transfer Valas ke 17 Mata Uang Asing
Untuk mempertahankan nilai tukar, bank sentral Filipina Bangko Sentral ng Pilipinas bulan lalu meningkatkan dukungan di pasar mata uang, sementara Bank Indonesia berjanji untuk menjaga rupiah.
Sementara itu, bank sentral China terus menyediakan jangkar untuk yuan, mempertahankan suku bunga acuan lebih kuat.
Terkini Lainnya
- Naik 5,3 Persen, Impor Indonesia 2024 Capai 233,66 Miliar Dollar AS
- 10.000 Lebih Perusahaan Jepang Bangkrut pada 2024, Tertinggi dalam 11 Tahun
- KAI Tutup 309 Perlintasan Sebidang Sepanjang Tahun 2024
- Kronologi Lengkap WN China Curi 774 Kg Emas di RI Lalu Divonis Bebas
- Tingkat Kemiskinan Turun, Jumlah Penduduk Miskin Indonesai Jadi 24,06 Juta Orang
- Pelemahan Rupiah Lebih Baik Ketimbang Rupee India hingga Baht Thailand
- GovTech untuk Pajak: Antara Efisiensi dan Risiko
- Suku Bunga Acuan BI Turun Jadi 5,75 Persen
- Gakoptindo Komitmen Suplai Tempe-Tahu untuk Makan Bergizi Gratis
- DGWG Pakai Dana IPO untuk Beli Bahan Baku, Dukung Ketahanan Pangan RI
- Neraca Perdagangan RI Surplus 5 Tahun Berturut-turut, 31,04 Miliar Dollar AS pada 2024
- Kemenkeu Siapkan Insentif Kompetitif untuk Pembentukan Family Office
- Pemerintah Sudah Proses Penghapusan Kredit 67.000 UMKM
- Menteri UMKM Lantik Pejabat Eselon I di Pasar Tanah Abang
- Gaji UMR Malang 2025, Baik Kota Maupun Kabupaten Malang
- Suku Bunga Acuan BI Turun Jadi 5,75 Persen
- Masa Kerja Satgas Barang Impor Ilegal Diperpanjang, Tekstil sampai Elektronik Diawasi
- Menaker Temui Menperin, Bahas Kondisi Industri dan Isu Sritex Pailit
- Defisit APBN 2024 Capai Rp 507,8 triliun, 2,29 Persen dari PDB
- Jumlah Penumpang Angkutan Umum selama Nataru Tembus 17 Juta, Naik 5 Persen
- Apple Buka Lowongan Kerja di Indonesia, Ini Posisi dan Syaratnya