Penerimaan Pajak 2024 Rp 1.932,4 Triliun, Baru 97,2 Persen dari Target
JAKARTA, - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 1.932,4 triliun pada 2024. Lebih rendah dari target APBN 2024 yang sebesar Rp 1.988,9 triliun atau mencapai 97,2 persen dari target.
Realisasi tersebut tumbuh 3,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun pertumbuhannya lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang tumbuh 8,8 persen menjadi Rp 1.867,9 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meskipun penerimaan pajak tidak mencapai target namun realisasinya dapat digenjot sehingga melampaui outlook laporan Semester I 2024 yang sebesar Rp 1.921,9 triliun.
"Penerimaan pajak, meskipun harga komoditas dan tekanan bertubi-tubi, masih tumbuh 3,5 persen. Ini adalah sesuatu yang kita syukuri dan kita akan terus jaga," ujarnya saat konfrernsi pers APBN 2024 di kantornya, Jakarta, Senin (6/1/2025).
Baca juga: Defisit APBN 2024 Capai Rp 507,8 triliun, 2,29 Persen dari PDB
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menambahkan, pertumbuhan penerimaan pajak 2024 didorong oleh pertumbuhan dari jenis penerimaan pajak utama seperti Pajak Penghasilan (PPh) Non-migas serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).
"Itu tumbuhnya double digit, itu karena ada beberapa aktivitas di dalam pembayaran gaji, THR, dan aktivitas ekonomi retail yang juga membaik," ucapnya.
Dalam bahan paparannya dirincikan, realisasi penerimaan pajak dari PPh Non-migas sebesar Rp 997,6 triliun atau tumbuh 0,5 persen secara tahunan.
Baca juga: Polri, Lembaga Negara dengan Anggaran Paling Tinggi Kedua di APBN 2025
PPh Nonmigas tumbuh postif karena ditopang oleh PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi yang didorong oleh terjaganya gaji dan upah, tambahan lapangan kerja baru, dan peningkatan aktivitas di sektor perdagangan. Sedangkan PPh Final ditopang antara lain oleh kinerja dari sektor keuangan dan jasa konstruksi.
Kemudian penerimaan pajak dari PPN/PPnBM pada 2024 meningkat 8,6 persen secara tahunan menjadi sebesar Rp 828,5 triliun. Hal ini karena konsumsi dalam negeri tumbuh kuat, terutama pada industri makanan dan tembakau.
"Untuk yang PPN dan PPnBM itu seperti Anda lihat, di Kuartal I dan II masih zona merah, kemudian meningkat di Kuartal III dan IV," kata Anggito.
Baca juga: Sebut Defisit APBN 2024 Lebih Rendah dari Proyeksi, Sri Mulyani: Ini adalah Hasil yang Luar Biasa
Sementara itu, penerimaan pajak yang terkontraksi sepanjang 2024 berasal dari PPh Nonmigas yaitu PPh Badan. Tercatat terkontraksi 18,1 persen secara tahunan menjadi sebesar Rp 335,8 triliun.
Hal ini disebabkan penurunan profitabilitas perusahaan pada 2023 sebagai dampak dari moderasi harga komoditas, terutama sektor pertambangan.
"PPh badan memang masih terkontraksi yang cukup signifikan. Ini karena turunnya profitabilitas dari sektor pertambangan, khususnya batu bara, dan nikel, dan juga kelapa sawit yang terdampak dari adanya volatilitas di dalam harga komoditi," ungkapnya.
Selain itu, realisasi penerimaan dari PPh Migas juga tercatat terkontraksi 5,3 persen secara tahunan menjadi sebesar Rp 65,1 triliun.
Terkini Lainnya
- Kemenkeu Siapkan Insentif Kompetitif untuk Pembentukan Family Office
- Pemerintah Sudah Proses Penghapusan Kredit 67.000 UMKM
- Menteri UMKM Lantik Pejabat Eselon I di Pasar Tanah Abang
- Gaji UMR Malang 2025, Baik Kota Maupun Kabupaten Malang
- Startup Logistik Berbasis Teknologi Ubah Wajah Pergudangan di Indonesia
- Luhut Usulkan Pembentukan Family Office Mulai Februari 2025
- Puluhan UMKM di Ciamis Diduga Tertipu Pemasok Program MBG, Ini Kata Menteri UMKM
- Gaji UMR Situbondo 2025, Paling Rendah di Jawa Timur
- Calon Menteri Transportasi AS Bertekad Pulihkan Kepercayaan Dunia kepada Boeing
- Nilai Ekspor Indonesia Tembus 264,70 Miliar Dollar AS Sepanjang 2024
- Menteri UMKM Ancam Tutup "Marketplace" yang Abaikan Usaha Kecil
- Gaji UMR Bondowoso 2025, Terendah ke-3 di Jawa Timur
- Rupiah Masih Tertekan, Suku Bunga BI Diperkirakan Tetap 6 Persen
- Latih Kepemimpinan Pegawai, Krakatau Steel Gandeng Kopassus
- Gaji UMR Pacitan 2025, Terendah ke-4 di Jawa Timur
- Budi Arie Akui Sulit Sediakan Susu untuk Makan Bergizi Gratis di Jakarta
- Sritex Pailit, Pemerintah Cari Solusi Bersama Kurator dan Pekerja
- Perkuat Ekosistem Digital, APJII dan BDDC Luncurkan Indonesia Internet Exchange Jakarta Kedua
- Disebut Biang Kerok Lesunya Industri Lokal, Aturan soal Impor Bakal Direvisi
- Penerimaan Negara 2024 Rp 2.842,5 Triliun, Lampaui Target berkat PNBP dan Hibah