pattonfanatic.com

CEO ESB Paparkan Cara AI Ubah Strategi Bisnis FnB, dari Meningkatkan Penjualan hingga Mengakses Permodalan

Gunawan Woen, Chief Executive (CEO) sekaligus Co-Founder PT Esensi Solusi Buana (ESB), dalam siniar CEO Talks #2 with Skystar Capital  ?Merevolusi Industri F&B Indonesia dengan AI? di kanal Youtube Harian Kompas, Sabtu (28122024).
Lihat Foto

- Di era digital yang terus berkembang, industri makanan dan minuman (FnB) di Indonesia menghadapi tantangan dan peluang baru.

Meskipun sektor FnB tergolong dalam bidang konvensional, teknologi berfungsi sebagai alat yang memungkinkan perusahaan beroperasi secara efisien dan tetap relevan di pasar yang kompetitif.

Hal itulah yang didorong oleh Gunawan Woen, Chief Executive (CEO) sekaligus Co-Founder PT Esensi Solusi Buana (ESB). Ia memaparkan hal tersebut dalam siniar CEO Talks #2 with Skystar Capital  “Merevolusi Industri F&B Indonesia dengan AI” di kanal Youtube Harian Kompas, Sabtu (28/12/2024).

Pria yang akrab dipanggil Gun itu menjelaskan, tujuan utama dari penerapan teknologi dalam industri makanan adalah untuk meningkatkan survivalability, scalability, dan profitability

Dalam hal ini, ESB mengeluarkan aplikasi atau layanan yang dapat membantu ekosistem FnB, baik restoran, UMKM, hotel, hingga food court mengelola bisnisnya dengan lebih baik.

ESB adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sistem operasional terintegrasi untuk bisnis kuliner, yang dapat mengelola kasir, pemesanan, hingga memantau bisnis cabang yang saat ini mendapatkan pendanaan dari Skystar Capital.

Baca juga: Chef Juna Blak-blakan Ungkap Alasan Industri FnB di Indonesia Terhambat

Salah satu teknologi yang difunakan ESB adalah kecerdasan buatan (AI) dalam bentuk specific language model yang diberi nama OLIN.

Gun mengatakan, teknologi AI tersebut promptless atau bisa bekerja tanpa perlu ada usaha apa pun dari penggunanya.

“Kami pakai AI ini bukan buat bikin konten, skrip, no. Kami bikin buat kasih rekomendasi gimana caranya kamu bisa naikin sales. Kami bisa forecast sales kamu di bulan depan yang atau bulan berjalan itu harusnya berapa dengan akurasi 90,” katanya.

Untuk dapat melakukan itu, teknologi OLIN perlu membaca dua data, yakni data toko serta korelasi data pasar dan kondisi pasar dari data daya beli di sekeliling toko.

Setelah itu, data engineer yang dapat membuat algoritmanya untuk melihat korelasi data tersebut dan mampu buat prediksi.

Baca juga: Digitalisasi Industri Makanan dan Minuman Menuju Green Industry

Terkait prediksi itu, Gun mengatakan, pihaknya telah mengujinya secara langsung dengan membandingkan prediksi dari manusia dan OLIN.

“Akurasi kami 90 persen, tetapi in actual case bahkan perbedaannya ada yang cuma 3,5 persen dari angka sebenarnya,” ujarnya.

Lebih dari memprediksi penjualan, OLIN juga dapat merekomendasikan apa saja yang dapat dilakukan, seperti membuat manajemen menu hingga promosi.

“OLIN dia bisa ngitungin promosi, jadi pengguna cukup menjadi kreatif dengan membuat berbagai promosi. Kasih dia waktu belajar. Nah, setelah itu OLIN bisa rekomendasiin promosi apa yang Return on Investment (ROI)-nya paling bagus,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat