pattonfanatic.com

Nasib Bukalapak, Unicorn Marketplace yang Kini Fokus Jualan Pulsa

Bukalapak tutup penjualan produk fisik mulai Januari 2025 dan beralih ke penjualan produk virtual. Bagaimana sejarah perkembangan Bukalapak di Indonesia?
Lihat Foto

- PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menutup layanan marketplace fisik dan akan beralih ke penjualan produk-produk virtual. Bukalapak menyampaikan pengumuman ini melalui laman resminya.

Langkah ini menandai akhir dari perjalanan 15 tahun Bukalapak sebagai platform jual-beli online dan sempat jadi salah satu perusaaan yang merajai pasar marketplace di Tanah Air.

Bukalapak menyiapkan skema menyelesaikan saldo dan pengembalian dana, serta pengunduhan data transaksi dan riwayat penjualan, bagi para pelapak. Bukalapak juga menginformasikan kepada pembeli bahwa mereka akan beralih ke penjualan produk virtual.

Produk virtual itu di antaranya pulsa prabayar, paket data, token listrik, listrik pascabayar, Prakerja, Bukasend, angsuran kredit, BPJS kesehatan, air PDAM, Telkom, pulsa pascabayar, TV kabel dan internet, serta lainnya.

Baca juga: Nasib Suram Investor Bukalapak, Sahamnya Terus-terusan Anjlok

"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak," tulis Bukalapak dalam keterangan resminya, dikutip pada Kamis (9/1/2025).

Sejarah Bukalapak

Bukalapak sendiri didirikan pada tahun 2010 silam oleh Achmad Zacky bersama rekan-rekannya kala itu yakni Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid. Ketiga pendiri Bukalapak itu kini telah hengkang dari perusahaan.

Bukalapak awalnya merupakan toko online kecil yang dirintis dari kamar kos kecil saat mereka berkuliah di Bandung. Fokus utama Bukalapak saat itu adalah menyediakan ruang bagi UMKM untuk menjual produk mereka secara online, sekaligus membuka peluang bagi masyarakat luas untuk berbelanja dengan lebih praktis.

Pada masa-masa awal operasinya, Bukalapak menargetkan pelapak kecil seperti pedagang warung, penjual produk kerajinan, hingga pengusaha rumahan. Dalam perjalanannya, Bukalapak sempat jatuh, bahkan nyaris bangkrut.

Namun berkat suntikan besar dari beberapa investor kakap, Bukalapak tumbuh pesat dan menjadi salah satu unicorn Tanah Air.

Baca juga: Siapa CEO Bukalapak yang Baru Tutup Layanan Marketplace?

Kemudian sejarah mencatat Bukalapak sebagai startup Unicorn yang melantai di Bursa Efek Indonesia (IPO) pada 2021. Harga IPO sahamnya saat itu Rp 850/lembar.

Masa kejayaan Bukalapak

Bukalapak menjadi populer karena strategi bisnisnya yang saat itu cukup unik yakni fokus pada memberdayakan UMKM dan individu yang ingin menjual produk mereka secara online.

Masa kejayaan Bukalapak dapat dilihat pada periode sekitar 2010 hingga awal 2019, di mana platform ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dan berhasil mengukuhkan dirinya sebagai salah satu marketplace terbesar di Indonesia.

Pada 2013, Bukalapak berhasil mencatat rata-rata transaksi harian sebesar Rp 500 juta atau Rp1,5 miliar setiap bulan. Bukalapak saat itu juga memiliki lebih dari 80.000 penjual dan 30 juta tampilan halaman per bulan.

Kemudian, pada sekitar awal 2018, Bukalapak juga berhasil menjadi startup “Unicorn” ke-empat di Indonesia dengan valuasi mencapai 1 miliar dollar AS. Status ini didapat setelah Bukalapak setelah menerima suntikan dana dari beberapa grup investor besar.

Baca juga: Sosok 3 Pendiri Bukalapak dan Kariernya Saat Ini

Grup investor yang turut mendanai Bukalapak antara lain adalah Emtek Grup dan 500 Startups. Sebelum Bukalapak, terdapat tiga startup Indonesia yang berstatus “Unicorn” dulu, seperti Gojek (2016), Tokopedia (2017), dan Traveloka (2017).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat