pattonfanatic.com

Banyak Pabrik Tekstil Lokal Tutup, Impor dan Selundupan Dituding Jadi Biang Kerok

Foto ilustrasi pabrik sajadah Anugerah Esa Mulia (AEM) di Bogor, Jawa Barat, 8 Februari 2023. Sajadah AEM sudah bersertifikasi halal sejak pertengahan 2022.
Lihat Foto

JAKARTA, - Banyak pabrik tekstil lokal terpaksa tutup akibat serbuan produk impor dan selundupan.

Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menyatakan perlunya kebijakan perlindungan bagi industri tekstil. Ia meminta pengawasan sektor hilir seperti kain dan garmen diperketat.

Redma juga mendorong penggunaan produk lokal dalam proyek pemerintah, termasuk pengadaan seragam sekolah.

"Jika impor terus menggempur, pabrik lokal yang memproduksi kain, benang, polyester, PTA, dan Paraxylene akan mengalami tekanan berat dan terancam mati," katanya, Senin (13/1/2025).

Baca juga: Masa Kerja Satgas Barang Impor Ilegal Diperpanjang, Tekstil sampai Elektronik Diawasi

Potensi Besar yang Terkikis

Redma menjelaskan, industri tekstil memiliki potensi besar dalam menciptakan nilai tambah ekonomi. Namun, potensi ini terganggu oleh maraknya produk impor dan selundupan.

Ia mencontohkan bahan baku Paraxylene (PX) yang dibeli seharga Rp 5.000 per 0,30 kilogram (kg). Bahan ini dapat diolah menjadi 1 kg pakaian jadi senilai Rp 104.000, naik hingga 200 persen.

Data APSyFI mencatat konsumsi garmen domestik pada 2023 mencapai 2,26 juta ton dengan nilai Rp 235 triliun per tahun.

"Dari PX seharga Rp 5.000 kali kuantitasnya, total nilainya sekitar Rp 10 triliun. Business size-nya bisa berkembang jadi Rp 235 triliun," ujarnya.

Kontribusi Besar ke Negara

Industri tekstil juga memberikan kontribusi signifikan bagi penerimaan negara. Dengan tarif PPN 11 persen, pemerintah diperkirakan mengantongi Rp 25 triliun per tahun.

Kontribusi ini belum termasuk PPN impor tekstil. Konsumsi kapas pada 2023 mencapai 611.550 metrik ton dengan harga beli Rp 31.000 per kg. Potensi pajaknya diperkirakan Rp 18,95 triliun per tahun.

"Dari PPN saja bisa mencapai Rp 25 triliun. Ini menunjukkan betapa besar multiplier effect dari industri tekstil terhadap ekonomi nasional," katanya.

Baca juga: Cegah Produk Ilegal, Surveyor Indonesia Dorong Penelurusan Impor Tekstil

Impor dan Selundupan Membahayakan

Masuknya barang impor dan selundupan, terutama kain dan garmen, menyebabkan sektor benang dan polyester mengalami penurunan produksi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat