pattonfanatic.com

Kemenperin Ungkap Penjualan Otomotif Turun, Kenapa?

diskusi Forwin Prospek Industri Otomotif 2025 dan Peluang Insentif dari Pemerintah di Jakarta, Selasa (14/1/2025).
Lihat Foto

JAKARTA, - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap penjualan kendaraan bermotor pada tahun 2024 mengalami penurunan hingga 16 persen.

Direktur Jenderal Industri, Logam, mesin, Transportasi dan Elektronika (ILEMATE) Setia Diarta mengatakan, penurunan itu terjadi lantaran pelemahan daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga.

“Penjualan di industri otomotif 2024 menurun sebesar 15-16 persen jika dibandingkan dengan tahun 2023. Kami melihat itu karena dua faktor yakni Pelemahan daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga pada kredit kendaraan bermotor," ujarnya dalam diskusi Forwin Prospek Industri Otomotif 2025 dan Peluang Insentif dari Pemerintah di Jakarta, Selasa (14/1/2025).

Baca juga: Kemenperin Usulkan Berbagai Insentif untuk Dongkrak Industri Otomotif

Setia memaparkan penjualan kendaraan bermotor roda empat pada 2023 laku sebanyak 1.005.802 unit. Sementara pada 2024 kendaraan roda empat yang terjual hanya 865.723 unit.

Menurutnya, turunnya penjualan itu turut berdampak negatif pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dia menyebut PDB otomotif menurun sebesar Rp 4,21 triliun pada 2024.

Dengan rincian sektor forward linkage menurun sebanyak Rp 3,519 triliun dan sektor backward linkage Rp 4,11 triliun.

Hal ini juga diamini oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Pihaknya mencatat penurunan penjualan mobil sepanjang Januari hingga Desember 2024 secara keseluruhan di angka 865.723 unit.

"Angka ini turun sebesar 13,9 persen (year on year) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 yang menyentuh angka 1.005.802 unit," ujar Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumala.

Baca juga: BSI Catat Bisnis Pembiayaan Otomotif Tembus Rp 5,25 Triliun per November 2024

 


Oleh karena itu pihaknya berharap pemerintah memberikan insentif kepada pengusaha agar menjaga daya beli.

Namun di sisi lain, Pengamat ekonomi Raden Pardede menilai berbagai insentif yang diberikan pemerintah untuk industri otomotif hanya bersifat sementara. Insentif itu tidak bisa sepenuhnya mendongkrak kinerja industri untuk terus positif.

"Semua yang bersifat insentif itu bersifat sementara. Sebetulnya, yang utama adalah daya beli. Daya belinya itu yang utama, kalau kita lanjut, adalah kemampuan daya beli dari kelas menengah kita," katanya.

Raden juga menilai, industri otomotif masih akan kesulitan bangkit jika kondisi masyarakat kelas menengah belum membaik. Menurutnya kondisi serupa juga terjadi pada sektor properti.

"Itulah yang berpengaruh pada penjualan mobil dan juga penjualan rumah. Ini sangat-sangat menentukan bagaimana penurunan kelas menengah dari 57,33 orang menjadi 47,85 juta orang," kata dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat