BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 dari Titik Tengah 5,2 Persen ke 5,1 Persen, Apa Sebabnya?

JAKARTA, - Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI 2025 menjadi di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen atau titik tengahnya 5,1 persen pada 15 Januari 2025.
Sebelumnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di kisaran 4,8-5,6 persen dengan titik tengah di 5,2 persen.
Apa alasan BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI?
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, proyeksi BI usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025 lebih rendah dibandingkan proyeksi BI pada RDG Desember 2024.
"Tahun 2025 yang semula kisarannya 4,8-5,6 persen dan titik tengah 5,2 persen itu lebih rendah, menjadi 4,7-5,5 persen jadi titik tengahnya 5,1 persen," ujarnya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (15/1/2025).
Baca juga: Hilirisasi dan Menjaga Kelestarian Alam, Faktor Penting untuk Pertumbuhan Ekonomi RI
Perry mengungkapkan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, kondisi pertumbuhan ekonomi Kuartal IV 2024 yang diperkirakan lebih rendah dari perkiraan BI.
Kemudian, dengan melihat kondisi tersebut, BI juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 dari yang semua bisa mencapai 5,1 persen kini menjadi di kisaran 5,0 persen hingga 5,1 persen.
"Data-data Triwulan IV (2024) dan juga berbagai hasil survei kita ke depan menunjukkan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita, khususnya di tahun 2025 dan mulai kelihatan nih Triwulan IV ini yang lebih rendah dari perkiraan," ungkap Perry.
Baca juga: Mempertahankan Konsumsi Rumah Tangga untuk Pertumbuhan Ekonomi 2025
Faktor selanjutnya, ekspor Indonesia berisiko turun pada tahun ini karena adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. BI sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia bakal tumbuh sebesar 3,2 persen.
Kemudian, BI juga melihat konsumsi rumah tangga terutama masyarakat kelas menengah ke bawah masih lemah tahun ini.
Pelemahan konsumsi ini menyebabkan kebutuhan investasi swasta juga belum kuat.
"Dari survei ekspektasi konsumen menunjukkan ekspektasi mengenai penghasilan, ekspektasi konsumsi, untuk lapangan kerja memang belum kuat," jelas Perry.
Melihat faktor-faktor tersebut, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya pada RDG Januari 2025 menjadi 5,75 persen untuk mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan.
"This is the timing supaya forward looking preemptive kebijakan moneter tidak hanya stabilitas tapi juga sudah seimbang antara pro-stability and pro-growth," pungkas Perry.
Baca juga: Mulai Awal 2025, Mendagri Bakal Rapat Mingguan Pantau Pertumbuhan Ekonomi
(Tim Redaksi: Isna Rifka Sri Rahayu, Aprillia Ika)
Terkini Lainnya
- Premanisme Ganggu Kawasan Industri, Menperin Minta Bantuan Satpol PP
- Link dan Cara Cek Daftar Nama Jemaah Haji 2025
- Pembiayaan Solusi Emas Hijrah Bank Muamalat Capai Rp 39,7 Miliar di 2024
- Prabowo Umumkan 8 Kebijakan Ekonomi untuk Dorong Pertumbuhan
- Masih Ada Kuota, Pelunasan Biaya Haji Khusus Diperpanjang sampai 21 Februari 2025
- Utang Luar Negeri Indonesia Desember 2024 Tembus Rp 6.881 Triliun
- MoU Kemendes dan Kemenekraf Dorong Ekonomi Kreatif Bergeliat di Desa
- Prabowo Umumkan Capaian Ekonomi dan Kebijakan Baru: Devisa Hasil Ekspor Wajib 100 Persen di Dalam Negeri
- Temui Driver Ojol yang Berdemo, Menaker Janji Aturan soal THR Segera Terbit
- Nexmedis Raih Pendanaan dari East Ventures dan Forge Ventures
- Percepat Transformasi Digital Industri Manufaktur, Smartfren Gandeng Siemens
- Spiral Inefisiensi dalam Perencanaan Fiskal
- Ungkap Tujuan Danantara, Prabowo: Mengelola dan Menghemat Kekayaan Negara
- Ekspor Januari 2025 Turun 8,56 Persen, Tumbuh 4,68 Persen secara Tahunan
- Mentan: Indonesia Produsen Sawit Terbesar, Harga Minyak Goreng Tak Seharusnya Naik
- Dukung Program 3 Juta Rumah, BTN Usulkan Ini ke Pemerintah
- IHSG Ditutup Menguat, Saham Bank-bank BUMN Melesat
- Konsumsi Rumah Tangga Masih Lemah, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Jadi 5,1 Persen
- Airlanggga Ungkap 10 Juta Konsumen Kelas Atas Masih Belanja di Luar Negeri, Apa Dampaknya?
- Luhut Sebut Peran Coretax untuk Reformasi Perpajakan Nasional Sangat Krusial, Ini Alasannya