pattonfanatic.com

Mineral Krusial Seperti Litium dan Nikel Jadi Kunci Keamanan Energi Masa Depan, Bukan Lagi Minyak

Ilustrasi nikel, penambangan nikel.
Lihat Foto

- Masa depan tantangan energi tak lagi pada minyak, tapi akan fokus pada gas, listrik, serta mineral krusial untuk transisi energi dan teknologi maju, seperti litium, kobalt, nikel, grafit, mangan, dan elemen tanah jarang lainnya.

Hal ini dikatakan Menteri Energi Saudi, Abdulaziz bin Salman di hadapan peserta Forum Mineral Masa Depan tahunan di Riyadh, Saudi Arabia.

Menurut dia, mineral krusial untuk transisi energi dan teknologi maju, seperti litium, kobalt, nikel, grafit, mangan, dan elemen tanah jarang lainnya dibutuhkan untuk berbagai produk seperti kendaraan listrik, baterai, teknologi energi terbarukan, komputer, dan barang-barang rumah tangga.

Saat ini, negara barat khawatir lantaran China menguasai 60 persen produksi mineral tanah jarang dan bahan-bahannya di dunia. Pasalnya, sumber daya ini semakin penting untuk stabilitas ekonomi dan keamanan nasional.

“Dengan semakin banyaknya penggunaan AI [kecerdasan buatan] dan pusat data, akan ada peningkatan permintaan energi,” ujar bin Salman. “Bayangkan bagaimana permintaan energi akan berkembang dengan adanya AI, pusat data, dan penambangan, serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Abdulaziz dikutip dari CNBC.

Baca juga: Bahlil Pastikan Tak Ada Pemangkasan Produksi Nikel pada Tahun Ini

Ia menambahkan, meningkatnya kebutuhan akan pusat data mendorong permintaan listrik global. Hal ini terutama untuk mendukung AI, pabrik-pabrik, kendaraan listrik, serta musim panas yang lebih panjang dan lebih panas.

Sebuah laporan baru-baru ini memperkirakan bahwa jaringan listrik AS dapat mengalami peningkatan permintaan hingga 25 gigawatt pada tahun 2030 karena pusat data.

Selain itu, mineral-mineral kritis juga sangat dibutuhkan untuk teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin, yang menjadi bagian penting dari upaya banyak negara untuk beralih dari energi fosil.

China saat ini memurnikan 95 persen mangan dunia, yakni elemen kimia yang digunakan dalam pembuatan baterai dan manufaktur baja, meskipun mereka hanya menambang kurang dari 10 persendari pasokan globalnya.

Sebelumnya, Saudi Arabia mengumumkan rencana investasi sebesar 100 miliar dollar AS untuk sektor pertambangan. Negara ini berencana untuk menjadi pusat global dalam ekstraksi dan pemrosesan mineral, termasuk meningkatkan eksplorasi litium dan mineral penting lainnya di dalam negeri.

Langkah ini juga sejalan dengan visi Saudi 2030 yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi negara ini agar tidak bergantung pada minyak.

Baca juga: Arab Saudi Investasikan Rp 1.600 Triliun untuk Kembangkan Lithium dan Mineral Kritis

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat