Kasus eFishery, Bagaimana Dampaknya ke Masyarakat Umum?

JAKARTA, - Dugaan kasus fraud pada perusahaan startup eFishery berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan digital.
Perusahaan yang bergerak di sektor teknologi akuakultur ini diduga merekayasa laporan keuangan selama beberapa tahun untuk mengeklaim nilai valuasi yang lebih tinggi.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan, selama ini masyarakat menganggap startup sebagai solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi.
Misalnya, pinjaman daring (pindar) menjadi alternatif ketika kredit perbankan terbatas.
Layanan transportasi daring (ride-hailing) juga membantu mengatasi kemacetan di kota-kota besar.
Baca juga: Serikat Pekerja: eFishery Berhenti Beroperasi, Bakal Ada PHK Massal
Kasus eFishery ini dapat menggerus kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan digital.
"Fraud akan membuat kepercayaan masyarakat akan perusahaan digital sebagai pemecah masalah akan berkurang. Dahulu dan sampai saat ini bisnis digital dianggap sebagai pemecah masalah yang terjadi di masyarakat," ujarnya saat dihubungi , Kamis (23/1/2025).
Kecurigaan masyarakat terhadap bisnis startup pun bisa meningkat.
Masyarakat mungkin mulai meragukan kemampuan bisnis digital dalam memberikan solusi yang aman dan dapat diandalkan.
Kekhawatiran akan terjebak dalam penipuan pun muncul. "Fraud yang terjadi akan membuat masyarakat curiga akan bisnis startup digital," kata Nailul.
Dampak kasus ini tidak hanya terbatas pada masyarakat.
Nailul juga menilai, kasus fraud dapat memengaruhi penilaian investor terhadap iklim bisnis startup digital di Indonesia.
Baca juga: Startup eFishery di Bawah Gibran Huzaifah Diduga Rekayasa Laporan Pendapatan hingga Rp 9,74 Triliun
Penghitungan nilai valuasi untuk startup digital di Indonesia dinilai belum valid dan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
Saat ini, banyak perusahaan digital mengalami kesulitan pendanaan, terutama startup.
Dengan adanya kasus ini, kesulitan pendanaan bisa semakin parah. "Investor akan berpikir ulang untuk menanamkan uangnya di perusahaan digital di Indonesia. Mereka khawatir kejadian serupa terjadi di perusahaan digital lainnya," ungkapnya.
Terkini Lainnya
- Modal Rp 1 Juta Bisa Investasi ORI027, Simak Cara Belinya
- KUR BSI 2025: Jenis, Limit, dan Cara Pengajuannya
- Cara Membuka Blokir BRImo tanpa Harus ke Bank, Simak Panduannya!
- Antusiasme Wisatawan Asing Gunakan Kereta Api di Indonesia Meningkat
- Gandeng BPJPH, BSI Bakal Dorong Percepatan Sertifikasi Halal
- Jadwal KRL Solo - Jogja (PP) pada 17-20 Februari 2025
- BRI Catat Penyaluran KUR Tembus Rp 184,98 Triliun Per 2024
- Berapa Biaya Pasang Listrik Baru PLN Prabayar 2025? Berikut Daftarnya
- Bank Permata Cetak Laba Bersih Rp 3,56 Triliun Sepanjang 2024
- Lebih dari 290.000 Tiket Kereta Lebaran 2025 dari Jakarta Terjual, Ini Rinciannya
- IHSG Turun 1,54 Persen Sepekan, Kapitalisasi Pasar Jadi Rp 11,40 Triliun
- Gandeng Deperindo, Askrindo Beri Perlindungan Asuransi Kebakaran
- Mau Gadai Emas di Pegadaian? Ini Cara Menghitung Bunganya
- Layanan Kalayang Bandara Soetta Alami Gangguan, Pengelola Siapkan Transportasi Alternatif
- Bidik Target Rp 750 Triliun, Ini Rincian 3 Tahapan Penghematan Anggaran Menurut Presiden Prabowo
- Serikat Pekerja: eFishery Berhenti Beroperasi, Bakal Ada PHK Massal
- Sepanjang 2024, Dompet Dhuafa Berhasilkan Kumpulkan Dana Rp 379,2 Miliar
- Trump Dinilai Lebih Moderat soal Tarif, Ekonom: Tetap Harus Diantisipasi
- Bos BCA Beberkan Dampak Revisi Aturan DHE SDA ke Bisnis Valas
- Menhub Targetkan Maskapai Fly Jaya Beroperasi Sebelum Lebaran Tahun Ini