Hilirisasi dan CPO Jadi Motor Pertumbuhan Kredit Korporasi BCA 2024

JAKARTA, - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengungkapkan pertumbuhan kredit korporasi pada 2024 didorong oleh penyaluran ke sektor hilirisasi dan industri kelapa sawit (CPO).
Per Desember 2024, kredit korporasi BCA tercatat tumbuh 15,7% secara tahunan atau year on year (YoY), mencapai Rp 426,8 triliun.
"Memang tahun 2024 itu boleh dikata penyaluran ke sektor hilirisasi cukup luar biasa ya. Jadi dari pertumbuhan sebesar 15,7% sekitar 7,5%-8% nya banyak ditopang dari hilirisasi dan CPO," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat paparan kinerja, Kamis (23/1/2024).
Baca juga: Daya Beli Masyarakat Turun, Bos BCA: Kami Hati-hati Tentukan Harga Kredit Konsumer
Jahja menjelaskan proyek-proyek di sektor hilirisasi dan CPO memang membutuhkan pembiayaan yang signifikan.
Ia menambahkan, pada 2023 lalu, permintaan terhadap bahan tambang seperti nikel, bauksit, dan batu bara cukup tinggi, yang menarik investor, terutama kerjasama dengan China untuk investasi di proyek-proyek hilirisasi, termasuk pembangunan smelter.
"Dengan harganya yang tinggi, menarik investor untuk masuk. Banyak kerjasama dengan China untuk investasi di Morowali, di Sulawesi, dan berbagai daerah lainnya. Karena untuk pembangunan smelter itu, kebutuhannya bisa triliunan. Jadi untuk lokal nggak ada yang punya kemampuan itu," jelasnya.
Untuk 2025, BCA melihat masih ada peluang dari sektor hilirisasi dan CPO, meskipun Jahja menyatakan sektor CPO mungkin masih memiliki potensi perkembangan lebih lanjut.
"Kalau data yang saya dapat, seperti bauksit, nikel, demand supply-nya enggak kayak dulu, rada oversupply katanya. Jadi kalau oversupply, biasanya harganya juga agak ada koreksi," katanya.
Baca juga: Bos BCA Beberkan Dampak Revisi Aturan DHE SDA ke Bisnis Valas
Walaupun begitu, ia mengakui hilirisasi di Indonesia sangat bagus karena dapat menambah nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
"Tetapi kan tetap yang bagus itu harus ada demand, ada kebutuhan, dan itu di-backup dengan supply. Itu akan sangat menolong. Tapi kalau supply sudah over, ini menjadi pertanyaan. Apakah ke depan itu seperti yang lalu?" ujarnya.
Terkini Lainnya
- Agar Dompet Aman, Begini Cara Kelola Keuangan Selama Ramadhan
- Tak Hanya dari Bisnis, Ini 6 Sumber "Passive Income" yang Menjanjikan
- Efisiensi Anggaran, Apa Dampaknya ke Perbankan?
- Bapanas Klaim Bulog Mampu hingga 10.000 Ton Beras Setiap Hari
- Ojol soal THR: Harapan Kami untuk Menambah Kesejahteraan...
- Airlangga Sebut Malaysia, Thailand, dan Vietnam Juga Berlakukan DHE SDA
- DPR Setujui RUU Minerba Dibawa ke Paripurna, Ada Aturan untuk Ormas dan Kampus
- KAI Bandara Buka Lowongan Kerja dan Magang untuk Lulusan D3-S1, Simak Persyaratannya
- Bahlil: Kampus Tak Diberi Izin Kelola Tambang demi Jaga Independensi
- Menjelang Ramadhan, Impor Kurma Naik Jadi 16.430 Ton
- Ada Momen Dua Hari Besar, Menhub Dudy Rekomendasikan WFA Mulai 24 Maret 2025
- Jelang Ramadhan, Stok Beras Nasional Diklaim Aman untuk Hadapi Berbagai Situasi
- Aturan Baru Devisa Hasil Ekspor Dapat Tambah Devisa hingga 80 Miliar Dollar AS
- Perdagangan Karbon Bantu Pemerintah Capai Target NZE 2060
- Kasus Sewa Gedung Kantor, Bukalapak Ajukan PKPU terhadap Harmas Jalesveva
- Bank DBS Gelar Forum Strategi Investasi, Dorong Penguatan Relasi Indonesia-Taiwan
- Soal Kriteria Perguruan Tinggi Bisa Kelola Tambang, ESDM Bakal Bahas dengan DPR
- Ketidakpastian Global Masih Berlanjut, Sri Mulyani Tegaskan Stabilitas Sistem Keuangan RI Tetap Terjaga
- Emiten Remala Abadi Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris
- Mentan Amran Minta Importir Singkong Jangan Zalimi Petani, Ada Apa?