pattonfanatic.com

Gencatan Senjata di Gaza Dinilai Dinginkan Gejolak Ekonomi, tapi…

Warga Palestina yang mengungsi mengibarkan tanda kemenangan saat mereka kembali ke Rafah di Jalur Gaza selatan pada 19 Januari 2025, beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata Gaza dalam perang antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas diharapkan akan dilaksanakan.
Lihat Foto

JAKARTA, - Ekonom Center of Macroeconomics & Finance Indef, Abdul Manap Pulungan menilai, gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina dan sekitarnya akan mendinginkan gejolak ekonomi.

Namun, hal itu hanya sementara dan belum bisa memulihkan ekonomi dunia yang masih rapuh.

Diketahui, gencatan senjata Gaza dimulai pada Minggu (19/1/2025). Gencatan senjata ini untuk mengakhiri perang di Gaza selama lebih dari 15 bulan.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Bakal Stagnan di 5 Persen

Ilustrasi ekonomi, perekonomian. SHUTTERSTOCK/TIPPAPATT Ilustrasi ekonomi, perekonomian.

"Gencatan senjata sedikit mendinginkan gejolak ekonomi global. Namun, pasca-pandemi, terdapat persoalan kronis di sektor ketenagakerjaan dan investasi, apalagi pengangguran dunia sangat tinggi, dan investasi kini dihadapkan pada tingginya suku bunga kredit,” kata Abdul dalam keterangan tertulis yang diterima , Sabtu (25/1/2025).

Dana Moneter Internasional atau IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2025 mencapai 3,3 persen.

Sementara itu, untuk pertumbuhan ekonimi dua negara adidaya, Amerika Serikat dan China, diproyeksikan melambat masing-masing menjadi 2,7 persen dan 4,6 persen.

Abdul menilai gejolak geopolitik dinilai masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian dunia.

Baca juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Pendapatan Masyarakat Harus Naik 60 Persen

Ketegangan antara AS, China, Rusia, Uni Eropa, ditambah dengan konflik-konflik lain seperti Korea Selatan-Korea Utara, semakin memperburuk ketidakpastian global.

“Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakpastian global semakin tinggi," kata Abdul.

Di tengah situasi ekonomi seperti ini, Abdul menyebutkan sektor-sektor ekonomi yang diuntungkan. Pertama, sektor yang connect langsung dengan ekonomi global seperti pertanian dan komoditas. Kedua, sektor ekonomi hijau.

“Indonesia perlu memanfaatkan potensi sektor-sektor tersebut di tengah progres hilirisasi yang telah dilakukan agar mendapatkan nilai tambah yang lebih optimal,” kata Abdul.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat