pattonfanatic.com

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank BNI.
Lihat Foto

JAKARTA, - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal I-2024 sebesar Rp 5,3 triliun atau naik 2,03 persen dibandingkan perolehan pada kuartal I-2023 sebesar Rp 5,2 triliun.

Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh pandapatan bunga sebesar Rp 15,8 triliun pada kuartal I-2024 atau naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 14,8 triliun.

Sementara itu, pendapatan premi dan investasi juga mengalami penurunan dari Rp 376,7 miliar menjadi Rp 373 miliar. Pendapatan operasional meningkat menjadi Rp 5 triliun pada kuartal I-2024 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 4,3 triliun.

Baca juga: Perluasan Sektor Kredit, Jamu Manis Terbaru dari BI untuk Perbankan

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pihaknya akan fokus pada peningkatan kualitas aset untuk mendorong kinerja perusahaan.

“Peningkatan kualitas aset diharapkan akan mendorong kinerja fungsi intermediasi yang berkelanjutan di tengah tantangan geopolitik global, tekanan inflasi dan suku bunga,” kata Royke, secara virtual Senin (29/4/2024).

Royke menjelaskan, pertumbuhan pendapatan non bunga BNI juga mendorong kinerja positif perusahaan. Adapun kontribusinya terhadap total pendapatan BNI mencapai 35 persen.

Baca juga: Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Sebagai informasi, total kredit BNI sepanjang kuartal I-2024 tercatat sebesar Rp 695,16 triliun, tumbuh 9,6 persen YoY jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 634,3 triliun.

Royke mengatakan, pertumbuhan kredit segmen UMKM hibank yang mencapai 72 persen secara tahunan (Year on Year/YoY) dan pertumbuhan pembiayaan BNI Finance yang meningkat 370 persen YoY didominasi oleh pembiayaan konsumer.

Baca juga: Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Dengan pertumbuhan kredit pada kuartal I-2024, BNI membukukan pendapatan bunga Rp 15,87 triliun, tumbuh 7,2 persen YoY dari sebelumnya sebesar Rp 14,8 triliun, yang didorong oleh kinerja fungsi intermediasi yang sehat.

Pertumbuhan ini juga didukung oleh perbaikan kualitas aset dengan Non Performing Loan (NPL) gross yang turun dari 2,8 persen pada kuartal I-2023 menjadi 2 persen pada kuartal I-2024. Hal ini diikuti pula dengan credit cost yang juga menurun 40 basis poin YoY menjadi 1 persen pada kuartal I-2024.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat