Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda
JAKARTA, - Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (Akvindo) menegaskan produk tembakau alternatif berupa rokok elektrik ataupun produk tembakau yang dipanaskan hanya untuk kalangan perokok dewasa dan bukan diperuntukkan bagi generasi muda.
"Misinformasi tentang klaim bahwa vape memiliki risiko yang sama dengan rokok dapat menurunkan efektivitas produk tembakau alternatif sebagai solusi bagi perokok dewasa di Indonesia untuk beralih dari kebiasaannya," kata Ketua Akvindo Paido Siahaan di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (30/4/2024).
Dia menjelaskan, produk tembakau alternatif menerapkan sistem pemanasan dalam penggunaannya dengan suhu yang terkontrol, sehingga hasil dari penggunaan produk tembakau alternatif berupa uap, bukan asap.
Baca juga: Asosiasi Harap Pemerintah Maksimalkan Potensi Produk Tembakau Alternatif
Para remaja di sejumlah negara maju, seperti Jepang, Jerman, Denmark, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada minim menggunakan produk tembakau alternatif tersebut.
Paido menuturkan, tembakau alternatif secara ilmiah terbukti menjadi opsi efektif untuk beralih dari kebiasaan merokok, sehingga bisa dimanfaatkan bagi perokok dewasa untuk mengurangi risiko kesehatan.
Meski demikian, masih ada misinformasi yang menyebutkan produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang setara dengan rokok.
Paido menerangkan bahwa Layanan Kesehatan Nasional Inggris telah memastikan tembakau alternatif punya tingkat risiko lebih rendah ketimbang rokok.
Baca juga: Tembakau Alternatif Diklaim Efektif Bantu Perokok Dewasa Beralih dari Kebiasaan Merokok
"Meski rendah risiko, namun remaja dan non perokok di bawah usia 18 tahun dilarang menggunakan produk yang ditujukan khusus bagi perokok dewasa untuk beralih dari kebiasaan merokok," katanya.
Misinformasi tentang profil risiko vape yang disamakan dengan rokok ditemukan dalam penelitian bertajuk Trends in Harm Perceptions of E-Cigarettes vs Cigarettes Among Adults Who Smoke in England 2014-2023.
Riset yang didanai Cancer Research UK dan diterbitkan pada Februari 2024 itu mengungkapkan bahwa misinformasi punya implikasi penting bagi kesehatan masyarakat.
Terkini Lainnya
- Thailand Ingin Jadi Pusat Halal Dunia, Mendag: Bayangkan, Kita Jangan Ketinggalan...
- Prabowo Berencana Turunkan Tarif PPh Badan
- Hasil Temui Jokowi, Para Pengusaha Tambang Bakal Bentuk Konsorsium Investasi di IKN
- [POPULER MONEY] Indonesia Resmi Blokir Aplikasi Temu | Prabowo: Saya Sering Diejek, Apa Ini 8 Persen Pertumbuhan?
- APBN Pertama Prabowo Butuh Tambahan Rp 300 Triliun, Dipakai Buat Apa?
- Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Mandiri Tanpa ke Bank
- BNI Lakukan Pembaruan pada Aplikasi BNIDirect
- NETV Dapat Restu Pemegang Saham untuk Aksi Korporasi
- PinjamDuit dan Privy Tingkatkan Keamanan Keuangan Digital
- Daftar Gaji PPPK Sesuai Golongan Tahun 2024
- Konflik Timur Tengah Memanas, Bakal Berdampak ke Investasi RI?
- 3 Cara Cek Nomor Pelanggan IndiHome bila Lupa saat Membayar Tagihan
- Akui Deflasi Beruntun Disebabkan Daya Beli Turun, Mendag Sarankan Bansos hingga KUR untuk Kelas Menengah
- Masa Kerja PPPK, Bagaimana Aturannya?
- Subsidi BBM Cs Tidak Tepat Sasaran, Prabowo Bakal Ubah Jadi BLT
- Hasil Temui Jokowi, Para Pengusaha Tambang Bakal Bentuk Konsorsium Investasi di IKN
- APBN Pertama Prabowo Butuh Tambahan Rp 300 Triliun, Dipakai Buat Apa?
- Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024
- Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024
- Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya
- MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya
- Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru