Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?
![Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.](https://asset.kompas.com/crops/aG6A8hrUC44_lHMNwJ84YbIomp8=/100x67:900x600/1200x800/data/photo/2023/11/30/65687d899f23a.jpg)
INDONESIA baru saja mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen pada kuartal pertama 2024. Angka yang menunjukkan kemajuan dan stabilitas ekonomi di tengah turbulensi ketidakpastian global.
Namun, pertumbuhan ini sebenarnya menyembunyikan kompleksitas lebih dalam dan memunculkan pertanyaan kritis: Apakah angka ini benar-benar mencerminkan kemajuan dan kesejahteraan nasional yang sejati?
Meskipun banyak pihak merayakan angka ini sebagai pencapaian besar, analisis lebih mendalam akan mengungkapkan realitas yang lebih beragam.
Produk Domestik Bruto (GDP), yang telah lama menjadi barometer utama pertumbuhan ekonomi global, kini semakin dipertanyakan sebagai ukuran terbaik untuk menilai kesehatan sejati ekonomi di dunia yang semakin menuntut keadilan sosial, inklusivitas dan keberlanjutan.
GDP, dengan segala kegunaannya, tidak mengukur faktor-faktor penting seperti distribusi kekayaan, kualitas lingkungan hidup, ketimpangan sosial, dan kesenjangan pendapatan.
Ini menimbulkan perdebatan tentang seberapa jauh angka pertumbuhan ekonomi benar-benar mencerminkan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Meskipun terjadi pertumbuhan signifikan, kemajuan ekonomi yang tinggi bisa terjadi, sementara masalah seperti kemiskinan tetap bertahan atau bahkan meningkat.
Wilayah yang dihela pertumbuhan ekonominya hanya dengan eksploitasi sumber daya alam, terkadang menunjukkan hal tersebut.
Di banyak kasus, pertumbuhan ekonomi yang cepat juga tidak selalu disertai dengan penciptaan lapangan kerja memadai, yang berarti bahwa tidak semua lapisan masyarakat mendapatkan kesempatan sama untuk berkontribusi dan memanfaatkan hasil pertumbuhan tersebut.
Lebih jauh lagi, pertumbuhan yang tidak diatur dengan baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan parah. Pada akhirnya dapat mengurangi kualitas hidup dan menimbulkan biaya sosial dan ekonomi jangka panjang yang tinggi.
Konsep "Beyond GDP" muncul sebagai advokasi untuk penggunaan indikator yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk mengukur pembangunan dan kemajuan.
Konsep ini didasarkan pada pengakuan bahwa keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus diperhitungkan untuk memberikan gambaran lebih akurat tentang kesejahteraan negara.
Ini mendapat momentum sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak untuk model pertumbuhan yang lebih bertanggung jawab, inklusif dan berkelanjutan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diadopsi oleh PBB pada 2015 mencakup serangkaian target luas yang dirancang untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan yang saling terkait, seperti kemiskinan ekstrem, kesenjangan, krisis iklim, dan kehilangan keanekaragaman hayati.
SDGs tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meliputi aspek kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, dan keadilan sosial, memberikan jawaban untuk pendekatan pembangunan yang lebih holistik.
Terkini Lainnya
- Di Luar Ekspektasi, Ekonomi AS Tumbuh...
- Emiten Sawit TAPG Catat Pertumbuhan Laba...
- BRI Raup Laba Bersih Rp...
- Laba Bersih Emiten Nikel NICL Tumbuh...
- Naik 32 Persen, Laba Bersih BTN...
- Jasindo Syariah Cetak Kontribusi Rp 154,46...
- Asosiasi Bank Syariah Dorong Ekosistem Haji...
- Tekanan Moneter di Tengah Merosotnya Daya...
- Apa Itu Agen: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Bedanya dengan Distributor
- Cara Mencairkan Saldo TapCash BNI ke Rekening Bank dan ShopeePay
- Panduan Bayar Tagihan IndiHome lewat Tokopedia, Shopee, dan Lazada
- Berkat Kolaborasi, Laba Bank Jago Tumbuh 23 Persen pada Semester I 2024
- Tingkatkan Keselamatan, KAI Tutup 127 Perlintasan Sebidang
- Jokowi soal PP Muhammadiyah Kelola Tambang: Kalau Minat, Regulasinya Sudah Ada
- Asosiasi Sebut Aturan Label BPA BPOM Bikin Puluhan Ribu UMKM Terancam Bangkrut
- Furnitur Sudah Datang, Kantor Presiden Siap Digunakan untuk Sidang Kabinet di IKN
- Gelar Mukernas, Aliansi Pengusaha Konsolidasikan Penguatan Ekosistem Umrah dan Haji
- Jokowi Lepas Ekspor 16.000 Sepatu Buatan Batang ke AS
- PP Muhammadiyah Belum Bentuk Perusahaan untuk Kelola Tambang
- Upaya ESG Prudential Indonesia, Daur Ulang Limbah hingga Edukasi Keuangan
- BRI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya
- Regulasi Impor Bisa Jadi Kesempatan Perluasan Bisnis, Pengusaha Harap Pemerintah Juga Permudah Regulasi Ekspor
- Pengamat Ingatkan Pentingnya Tutup Celah Korupsi dalam Impor Beras
- Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan
- Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste
- Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis
- Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis
- TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar