Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi
![Ilustrasi Jepang](https://asset.kompas.com/crops/ECyVONXHr0gQLktUwG6nrIKjUzE=/0x0:780x520/1200x800/data/photo/2023/12/20/65829cc2e7bef.jpg)
TOKYO, - Perekonomian Jepang mengalami kontraksi pada kuartal I 2024. Pertumbuhan ekonomi Jepang tertekan oleh melemahnya konsumsi dan permintaan eksternal.
Kondisi ekonomi Jepang ini memberikan tantangan baru bagi para pengambil kebijakan karena bank sentral berupaya untuk menaikkan suku bunga mendekati nol.
Dikutip dari CNN, Kamis (16/5/2024), data awal produk domestik bruto (PDB) dari Kantor Kabinet Jepang menunjukkan perekonomian Jepang terkontraksi 2 persen secara tahunan pada kuartal I 2024 dibandingkan kuartal sebelumnya.
Baca juga: Bertemu Menko Airlangga, Menlu Jepang Ingin Indonesia Perkuat Kolaborasi OECD-ASEAN
![Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.](https://asset.kompas.com/crops/XKGMmuKb2kN1oSHc8fJPVn9YrBM=/191x0:858x667/340x340/data/photo/2023/11/30/65687d899f23a.jpg)
Data yang direvisi ke bawah menunjukkan PDB Jepang hampir tidak tumbuh pada kuartal IV 2023.
Angka tersebut berarti kontraksi kuartalan sebesar 0,5 persen, dibandingkan 0,4 persen yang diperkirakan oleh para ekonom.
Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh perekonomian Jepang, turun 0,7 persen, lebih besar dari perkiraan sebesar 0,2 persen. Penurunan ini merupakan yang keempat berturut-turut, terpanjang sejak 2009.
“Perekonomian Jepang mencapai titik terendah pada kuartal pertama,” kata Yoshimasa Maruyama, kepala ekonom pasar di SMBC Nikko Securities.
Baca juga: Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga
“Perekonomian pasti akan pulih pada kuartal ini berkat kenaikan upah meskipun masih ada ketidakpastian mengenai konsumsi jasa," ujar dia.
Belanja modal, yang merupakan pendorong utama permintaan swasta, turun 0,8 persen pada kuartal I 2023, dibandingkan perkiraan sebesar 0,7 persen meskipun pendapatan korporasi cukup besar.
Permintaan eksternal, atau ekspor dikurangi impor, turun 0,3 poin persentase dari perkiraan PDB kuartal I 2024.
Para pengambil kebijakan mengandalkan kenaikan upah dan pemotongan pajak penghasilan mulai Juni 2024 untuk membantu memacu konsumsi yang lesu.
Terkini Lainnya
- Di Luar Ekspektasi, Ekonomi AS Tumbuh...
- Perusahaan Distributor Gas Swasta RI Diakuisisi...
- Emiten Sawit TAPG Catat Pertumbuhan Laba...
- BRI Raup Laba Bersih Rp...
- Tekanan Moneter di Tengah Merosotnya Daya...
- Asosiasi Bank Syariah Dorong Ekosistem Haji...
- Sepanjang 2024, Pemerintah Targetkan Investasi KEK...
- Laba Bersih Emiten Nikel NICL Tumbuh...
- Mau Lapor soal Barang Impor Ilegal? Ini Nomor WA dan Emailnya
- Gibran Jawab Kritik Program Makan Bergizi Gratis Pakai Kemasan Plastik
- BTPN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 552 Miliar pada Semester I 2024
- [POPULER MONEY] Satgas Impor Ilegal Razia Pasar | Mengintip Kawasan Industri Terpadu Batang
- Apa Itu Agen: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Bedanya dengan Distributor
- Cara Mencairkan Saldo TapCash BNI ke Rekening Bank dan ShopeePay
- Panduan Bayar Tagihan IndiHome lewat Tokopedia, Shopee, dan Lazada
- Berkat Kolaborasi, Laba Bank Jago Tumbuh 23 Persen pada Semester I 2024
- Tingkatkan Keselamatan, KAI Tutup 127 Perlintasan Sebidang
- Jokowi soal PP Muhammadiyah Kelola Tambang: Kalau Minat, Regulasinya Sudah Ada
- Asosiasi Sebut Aturan Label BPA BPOM Bikin Puluhan Ribu UMKM Terancam Bangkrut
- Furnitur Sudah Datang, Kantor Presiden Siap Digunakan untuk Sidang Kabinet di IKN
- Gelar Mukernas, Aliansi Pengusaha Konsolidasikan Penguatan Ekosistem Umrah dan Haji
- Jokowi Lepas Ekspor 16.000 Sepatu Buatan Batang ke AS
- PP Muhammadiyah Belum Bentuk Perusahaan untuk Kelola Tambang
- Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar
- Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?
- TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster ke Singapura, Nilainya Rp 46,8 Miliar
- Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024
- Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024