pattonfanatic.com

OJK: Sektor Jasa Keuangan Nasional Stabil

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam acara Rapat Koordinator Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI), Jumat (22/3/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif.

Kondisi tersebut didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat di tengah peningkatan ketidakpastian global. Hal ini karena adanya ketegangan geopolitik dan trajectory penurunan inflasi yang berada di bawah ekspektasi pasar, sehingga menimbulkan tekanan di pasar keuangan internasional.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, pada perekonomian domestik, inflasi inti mengalami peningkatan yang mengindikasikan pemulihan permintaan dalam periode pemilihan umum (pemilu) dan bulan Ramadhan.

Sektor manufaktur juga mengalami peningkatan kinerja, didorong oleh naiknya volume pesanan dan produksi baru.

Baca juga: Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

"Penguatan tersebut terefleksi dari peningkatan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 menjadi 5,11 persen secara tahunan. Dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV-2023 5,04 persen," kata dia dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Senin (13/5/2024).

Ia menambahkan, hal itu terutama didorong oleh peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 24,3 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 19,9 persen.

Ke depan Mahendra bilang, perlu dicermati pula potensi normalisasi pertumbuhan ekonomi seiring telah berakhirnya periode pemilu dan Ramadan di tengah berlanjutnya normalisasi harga komoditas yang menekan pertumbuhan ekspor.

Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), PDB melambat sebesar 1,6 persen secara kuartalan yang merupakan penurunan terendah dalam dua tahun terakhir. Ini disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan.

Meskipun demikian, kinerja ekonomi AS masih menunjukkan tanda-tanda penguatan yang lebih tinggi dari ekspektasi. Hal ini mendorong kembalinya ekspektasi suku bunga high/er for longer sehingga pasar memprediksi probabilitas pemotongan Fed Funds Rate (FFR) semakin menurun.

Berbeda dengan The Fed, Europan Central Bank (ECB) dan Bank of England (BOE) dihadapkan dilema antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang masih tinggi di Kawasan Eropa. Namun demikian, pasar mengekspektasikan BOE dan ECB akan memilih menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan.

Di China, rilis beberapa kinerja ekonomi di atas ekspektasi pasar meskipun masih terjadi pelemahan permintaan domestik sehingga pemerintah masih cenderung menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.

"Memang kondisi global tidak mudah dan memang dalam waktu dekat belum akan semakin mudah, sehingga kita tentu siap, antisipatif sehingga stabilitas sektor jasa keuangan maupun tiap bidang dan industri dapat terjaga baik," tandas Mahendra.

Baca juga: OJK Sebut Perbankan Masih Optimistis Cetak Pertumbuhan Kredit Double Digit

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat