Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya
![Ilustrasi reksadana. Kinerja reksadana campuran masih belum menunjukkan tajinya sepanjang tahun ini. Meski begitu, produk investasi ini dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik.](https://asset.kompas.com/crops/KNSXLxH8wyXxJhllc9Xmqs8aNcE=/94x19:686x414/1200x800/data/photo/2023/10/06/651f6603d54b1.png)
JAKARTA, - Kinerja reksadana campuran masih belum menunjukkan tajinya sepanjang tahun ini. Meski begitu, produk investasi ini dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik.
Berdasarkan data Infovesta Utama, secara industri, kinerja reksadana campuran mencatatkan return negatif 1,99 persen MoM pada April 2024. Sementara sejak awal tahun kinerjanya juga mencetak return negatif 1,12 persen YtD.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, lemahnya kinerja produk ini di April karena adanya arus keluar dana asing pada akhir Maret 2024. Sehingga memberikan tekanan terhadap rupiah dan menyebabkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Baca juga: Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara
Turunnya IHSG juga disebabkan oleh adanya sengketa hasil Pemilu. Lalu, tertekannya kinerja sektor transportasi, teknologi, dan properti.
"Faktor global seperti perang Israel-Iran dan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi, mempengaruhi kebijakan suku bunga," ujarnya, Selasa (14/5/2024).
Meski kinerjanya tertekan, Reza menilai reksadana campuran masih menarik sebagai pilihan investasi. Sebab, potensi penguatan harga obligasi dan saham yang menjadi aset dasarnya.
Baca juga: OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024
"Inflasi di Indonesia dan AS yang dapat mempengaruhi harga obligasi, kondisi geopolitik global yang mempengaruhi pasar komoditas dan saham, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan meningkatnya optimisme masyarakat," sebutnya.
Tertekannya reksadana campuran secara industri turut menekan kinerja produk reksadana campuran HPAM, salah satunya HPAM Flexi Plus yang turun 1,62 persen MoM. Namun, produk tersebut masih mampu tumbuh 2,24 persen Ytd.
Reza menuturkan, guna memaksimalkan return pihaknya menerapkan prinsip strategi long-bias yang berfokus pada pemimpin industri dan perusahaan dengan kisah pertumbuhan yang menarik.
Baca juga: Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok
Untuk porsi fixed income, HPAM menilai dari keseimbangan yield dan likuiditas, dan juga kondisi makro ekonomi.
Proporsi atau racikan dibuat untuk memaksimalkan pengembalian yang disesuaikan untuk investasi dengan jangka waktu yang panjang, namun juga memasukkan patokan-patokan yang dapat membantu dalam memitigasi risiko.
"Kami seringkali memberikan usulan bagi nasabah untuk melihat long-term gain dan melalui volatilitas dan agar tidak panik jika melihat return negatif dalam jangka pendek," imbuhnya. (Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati)
Baca juga: Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Meski Tertekan, Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik
Terkini Lainnya
- Milenial Mulai Membidik Investasi Emas
- Dukung Uji Penggunaan B40, KAI Bangun...
- Diversifikasi Investasi dengan Logam Mulia, Strategi...
- Tips Jawab Pertanyaan tentang Alasan Resign...
- Investasi Sektor Hijau Tinggi Risiko, Bos...
- Indonesia Bakal Punya 4 KEK Baru,...
- Industri Manufaktur RI Dinilai Masih Kuat,...
- Nilai Ekspor Perikanan RI Naik, AS...
- Mau Lapor soal Barang Impor Ilegal? Ini Nomor WA dan Emailnya
- Gibran Jawab Kritik Program Makan Bergizi Gratis Pakai Kemasan Plastik
- BTPN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 552 Miliar pada Semester I 2024
- [POPULER MONEY] Satgas Impor Ilegal Razia Pasar | Mengintip Kawasan Industri Terpadu Batang
- Apa Itu Agen: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Bedanya dengan Distributor
- Cara Mencairkan Saldo TapCash BNI ke Rekening Bank dan ShopeePay
- Panduan Bayar Tagihan IndiHome lewat Tokopedia, Shopee, dan Lazada
- Berkat Kolaborasi, Laba Bank Jago Tumbuh 23 Persen pada Semester I 2024
- Tingkatkan Keselamatan, KAI Tutup 127 Perlintasan Sebidang
- Jokowi soal PP Muhammadiyah Kelola Tambang: Kalau Minat, Regulasinya Sudah Ada
- Asosiasi Sebut Aturan Label BPA BPOM Bikin Puluhan Ribu UMKM Terancam Bangkrut
- Furnitur Sudah Datang, Kantor Presiden Siap Digunakan untuk Sidang Kabinet di IKN
- Gelar Mukernas, Aliansi Pengusaha Konsolidasikan Penguatan Ekosistem Umrah dan Haji
- Jokowi Lepas Ekspor 16.000 Sepatu Buatan Batang ke AS
- PP Muhammadiyah Belum Bentuk Perusahaan untuk Kelola Tambang
- Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara
- Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok
- Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama
- PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024
- Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya